Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Cinta Menjadi Obsesi

3 Oktober 2024   13:13 Diperbarui: 3 Oktober 2024   23:02 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com

Cinta seharusnya membuat kamu merasa bahagia dan nyaman. Namun, apa yang terjadi jika cinta berubah menjadi obsesi? Saat cinta yang tadinya sehat berubah menjadi kecanduan emosional, hubungan tersebut bisa menjadi beban yang merusak kesehatan mental dan emosional. Mengapa hal ini bisa terjadi, dan bagaimana kamu bisa mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.

Apa Itu Kecanduan Emosional?

Kecanduan emosional terjadi ketika kamu menjadi terlalu bergantung pada pasanganmu untuk merasa bahagia dan aman. Dalam kondisi ini, kebahagiaanmu sepenuhnya terikat pada pasangan, dan kamu merasa tidak lengkap atau hampa tanpa kehadirannya. Ini mirip dengan kecanduan terhadap obat-obatan---kamu terus-menerus membutuhkan pasangan sebagai "sumber" kebahagiaanmu.

Cinta yang sehat adalah soal berbagi kebahagiaan. Tetapi dalam kecanduan emosional, fokusnya hanya pada satu pihak yang terus-menerus "meminta" perhatian, validasi, dan kehadiran dari pasangan. Hubungan pun menjadi tidak seimbang dan sering kali menimbulkan ketegangan.

Tanda-Tanda Cinta yang Berubah Menjadi Obsesi

Bagaimana cara mengenali ketika cinta sudah berubah menjadi obsesi? Berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai:

Rasa Takut Berlebihan Kehilangan Pasangan

Kamu terus-menerus merasa cemas jika pasanganmu tidak ada di dekatmu. Takut bahwa ia akan meninggalkanmu atau menemukan orang lain, bahkan tanpa alasan yang jelas.

Kehilangan Identitas Diri

Segala sesuatu dalam hidupmu berputar di sekitar pasangan. Kamu mulai melupakan hobi, teman, dan bahkan impianmu, karena terlalu fokus pada menjaga hubungan tetap berjalan.

Mengorbankan Kebutuhan Pribadi

Kamu rela mengorbankan apapun---waktu, uang, bahkan harga dirimu---hanya untuk membuat pasangan tetap bersamamu. Meskipun pasangan tidak memperlakukanmu dengan baik, kamu terus mencari cara untuk menyenangkan hatinya.

Selalu Memantau dan Mengawasi

Jika pasangan tidak segera merespons pesan atau telepon, kamu langsung panik. Kamu mulai memeriksa media sosialnya, bertanya-tanya di mana dia berada, dan merasa perlu tahu setiap detail tentang hidupnya.

Emosi Tidak Stabil

Perasaanmu seperti naik roller-coaster. Kamu bisa merasa sangat bahagia ketika pasangan memberi perhatian, tetapi langsung merasa putus asa ketika dia tidak merespons. Perubahan emosi ini sangat intens dan melelahkan secara mental.

Mengapa Cinta Bisa Berubah Menjadi Obsesi?

Kecanduan emosional sering kali berakar dari masalah dalam diri sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri, trauma masa lalu, atau ketakutan akan penolakan. Orang yang tidak memiliki rasa aman dalam dirinya cenderung mencari kepastian dari luar, khususnya dari pasangan. Alhasil, mereka cenderung terobsesi untuk selalu merasa "dicintai" atau "diinginkan."

Faktor lain yang bisa memicu kecanduan emosional adalah pengalaman masa kecil yang kurang stabil, misalnya pola asuh yang tidak konsisten. Jika kamu terbiasa dengan ketidakpastian atau penolakan di masa kecil, kamu mungkin tumbuh dengan kebutuhan yang besar akan rasa aman dan perhatian dari pasangan, yang kemudian bisa berubah menjadi obsesi.

Cara Mengatasi Kecanduan Emosional

Jika kamu merasa terjebak dalam hubungan yang penuh dengan obsesi dan ketergantungan, ini beberapa langkah yang bisa kamu ambil atau  lakukan untuk mengatasinya:

Kenali dan Akui Masalah Ini

Langkah pertama adalah jujur pada dirimu sendiri. Akui bahwa kamu merasa terlalu bergantung secara emosional pada pasangan. Memahami bahwa ada masalah adalah langkah pertama untuk memperbaikinya.

Bangun Rasa Percaya Diri

Kecanduan emosional sering kali muncul karena kurangnya kepercayaan diri. Mulailah dengan fokus pada dirimu sendiri: apa kelebihanmu, apa yang membuatmu unik? Lakukan hal-hal yang bisa membangun self-esteem, seperti mempelajari keterampilan baru, mengejar hobi, atau mencapai tujuan kecil yang membuatmu bangga pada dirimu sendiri.

Latih Kemandirian Emosional

Mulailah untuk menikmati waktu sendirian. Latih dirimu untuk merasa nyaman dengan diri sendiri tanpa perlu selalu bersama pasangan. Ini bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan yang kamu sukai, menghabiskan waktu dengan teman, atau bahkan hanya menikmati waktu tenang tanpa gangguan.

Ciptakan Batasan yang Sehat

Tentukan batasan yang jelas dalam hubungan. Ini bisa berarti memiliki waktu dan ruang pribadi untuk diri sendiri, tidak selalu memeriksa ponsel pasangan, atau tidak memaksakan kehadiran pasangan dalam setiap aspek kehidupanmu. Batasan ini membantu menciptakan keseimbangan yang lebih baik.

Cari Bantuan Profesional

Jika kamu merasa kecanduan emosional sudah terlalu sulit untuk diatasi sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau terapis. Mereka bisa membantumu mengidentifikasi akar permasalahan dan memberikan strategi untuk memulihkan keseimbangan emosionalmu.

Kesimpulan

Cinta yang sehat adalah tentang saling memberi, bukan soal bergantung atau mendominasi. Ketika cinta berubah menjadi obsesi, hubungan tersebut lebih banyak membawa rasa sakit daripada kebahagiaan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda kecanduan emosional dan berani mengambil langkah untuk mengatasinya. Dengan memahami bahwa kamu bisa bahagia tanpa sepenuhnya bergantung pada pasangan, kamu akan menciptakan hubungan yang lebih seimbang, sehat, dan penuh cinta yang tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun