Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Teori Attachment: Bagaimana Pola Asuh Membentuk Gaya Cinta

2 Oktober 2024   08:26 Diperbarui: 2 Oktober 2024   08:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://belajarparenting.id/

Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa setiap orang punya cara mencintai yang berbeda? Ada yang begitu terbuka dan mudah mengekspresikan perasaannya, tapi ada juga yang justru cenderung menjaga jarak dan sulit mempercayai pasangan. Jawaban dari perbedaan ini bisa ditemukan dalam teori attachment atau teori keterikatan, yang menjelaskan bahwa pola asuh orang tua di masa kecil punya pengaruh besar terhadap cara seseorang mencintai di masa dewasa.

Apa Itu Teori Attachment?

Teori attachment dikembangkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth, yang menyebut bahwa hubungan anak dengan orang tua (terutama di usia dini) membentuk pola keterikatan emosional. Pola keterikatan ini akan terbawa hingga dewasa dan mempengaruhi cara seseorang menjalin hubungan, termasuk hubungan cinta.

Empat Gaya Attachment dalam Cinta

Ada empat gaya attachment utama yang sering muncul dalam hubungan dewasa:

Secure (Aman) Orang dengan gaya ini tumbuh dalam keluarga yang hangat dan suportif. Mereka merasa nyaman mencintai dan dicintai, mudah percaya, serta tidak takut untuk menunjukkan emosi. Hubungan mereka biasanya stabil dan penuh kepercayaan.

Anxious (Cemas) Gaya ini muncul dari pola asuh yang tidak konsisten --- kadang hangat, kadang dingin. Akibatnya, mereka sering merasa tidak aman dalam hubungan, cenderung butuh banyak perhatian, dan takut ditinggalkan. Mereka sering kali khawatir apakah pasangan benar-benar mencintai mereka atau tidak.

Avoidant (Menghindar) Biasanya muncul dari pola asuh yang kaku dan kurang responsif. Orang dengan gaya ini cenderung menjaga jarak, sulit membuka diri, dan merasa tidak nyaman menunjukkan kerentanan. Akibatnya, mereka terlihat dingin dan sulit berkomitmen.

Disorganized (Tidak Teratur) Gaya ini muncul dari pola asuh yang penuh konflik atau kekerasan. Mereka cenderung memiliki hubungan yang tidak stabil, bingung antara mendekatkan diri atau menjaga jarak, dan sering kali mengalami kebingungan emosi dalam hubungan cinta.

Bagaimana Pola Asuh Mempengaruhi Gaya Cinta?

Pola asuh di masa kecil seperti fondasi utama yang membentuk bagaimana seseorang memandang cinta. Jika orang tua memberikan kasih sayang yang konsisten, anak tumbuh dengan rasa aman dan percaya diri untuk mencintai. Sebaliknya, jika pola asuhnya penuh ketidakpastian atau ketidakpedulian, anak bisa tumbuh dengan ketakutan terhadap kedekatan emosional.

Karena pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di masa kecil lah yang akan membentuk dasar keyakinan seorang anak tentang hubungan. Anak-anak belajar tentang cinta, kepercayaan, dan keamanan emosional pertama kali dari interaksi dengan orang tua mereka. Pengalaman-pengalaman ini, meski terlihat sederhana, sebenarnya berperan sangat besar dalam membentuk cara mereka memahami hubungan cinta di masa dewasa.

Apakah Gaya Attachment Bisa Berubah?

Ya, bisa. Gaya attachment bisa berubah, meskipun sering kali membutuhkan waktu dan usaha. Pada dasarnya, gaya attachment seseorang terbentuk dari pengalaman masa kecil, tetapi pengalaman-pengalaman baru di masa dewasa atau dimasa sekarang juga bisa mengubah cara seseorang melihat dan menjalin hubungan. Artinya, seseorang yang dulu memiliki gaya attachment yang kurang sehat (anxious, avoidant, atau disorganized) bisa bertransformasi menjadi lebih secure (aman) jika mendapatkan pengalaman hubungan yang positif dan mendukung.

Kesimpulan

Cara kita mencintai tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil bersama orang tua. Dengan memahami gaya attachment, kita bisa lebih mengerti diri sendiri dan pasangan, serta membangun hubungan yang lebih sehat dan saling mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun