Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love

Gagal Move On? Panduan Bertahan Hidup Setelah Baper Berlebihan

26 September 2024   19:00 Diperbarui: 26 September 2024   19:19 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jabarekspres.com/berita/2022/10/04/link-tes-gamon/

Mengatasi Gagal Move On: Apa yang Salah dan Bagaimana Memperbaikinya? (dari sudut pandang Psikologi)

Kamu merasa terjebak dalam perasaan yang tak kunjung hilang setelah perpisahan? Atau mungkin, sudah berbulan-bulan berlalu, tapi masih memikirkan si dia di setiap waktu yang berlalu? Jangan khawatir, kamu tidak sendirian (bukan saya) kayaknya*, tapi teman yang lainnya.

Tapi kenapa, sih, rasanya begitu sulit untuk benar-benar melepas masa lalu? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri kita? Yuk, kita bahas lebih dalam dari sudut pandang psikologi, dan siapa tahu, mungkin ada beberapa strategi yang bisa membantu kamu keluar dari lingkaran ini.

Apa Itu Gagal Move On?

Gagal move on bukan cuma soal masih teringat mantan atau sekadar belum ingin mencari pasangan baru, ini lebih dari itu. Secara psikologis, gagal move on terjadi ketika kamu masih terikat secara emosional dengan seseorang yang sudah tidak menjadi bagian dari hidupmu lagi. Nah, yang bikin lebih rumit, sering kali pikiran kita sendiri yang jadi penghalang terbesar.

Misalnya, apakah kamu pernah berpikir seperti ini:

“Dia adalah cinta sejati gua.”

“Gua nggak akan pernah bisa bahagia lagi tanpanya.”

“Gua nggak akan bisa menemukan orang seperti dia lagi.”

Jika iya, pikiran-pikiran ini sebenarnya adalah distorsi kognitif, istilah dalam psikologi untuk menjelaskan pola pikir yang tidak realistis dan berlebihan. Jadi, meski kamu tahu hubungan itu tidak sehat atau sudah tidak ada jalan kembali, otak kamu tetap memutar “film lama” dan membentuk persepsi yang keliru tentang hubungan tersebut.

Terus, bagaimana cara kita mengatasi pemikiran-pemikiran ini? Di sinilah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) berperan.

Memutus Pola Pikir Negatif dengan CBT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun