Mohon tunggu...
Randy A W
Randy A W Mohon Tunggu... -

Tamatan S1 FH UNS dan S2 Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan UI saat ini mengabdi di Kementerian Perindustrian RI.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kidung Senja di Cihideung

11 September 2014   22:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:58 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Motor biru putih ini masih setia menemaniku menyusuri jalan-jalan di kota Jakarta. Sudah 7 tahun engkau membersamaiku. Seperti halnya pagi ini, engkau mengantarku menyusuri jalan pramuka menuju tempat mengais rezeki. Mengenangmu, membuatku mengenang sesuatu.

Tiba-tiba kuncup-kuncup pikiranku merekah satu demi satu, menyajikan file-file lama yang masih tersimpan rapi. File itu menyedot menarik masuk dengan sangat kuat. Hingga aku tersadar, aku sedang berada di ruang dan waktu yang berbeda.

Ayo mas sudah selesai, ayo kita pulang”. Sosok bayangan itu berjalan dengan cepat mengampiriku.Semenit kemudian motor biru putih ini melaju dengan garangnya segarang usianya yang baru beberapa bulan. Kususuri jalanan yang penuh bebatuan, yang sangat tidak pantas dilalui. Namun jalanan ini benar-benar memanjakan mata. Jalanan yang diiringi pemandangan pantai yang menawan di sebelah kanan jalan dan pegunungan yang hijau seluas mata memandang berada di sebelah kirinya. “mas, mas, lihat itu ada pantai dua warna...ehmm... indahnya, berhenti sebentar yuk kita lihat kesana”. suara itu membangunkan lamunanku.Motor tercinta inipun berhenti. “Wah senangnya mas, lihat mas pantainya berwarna biru dan biru bercampur coklat, seolah-olah ada batas antara dua air itu. Mas, mana HP ku aku mau foto pantainya”.

Perjalanan yang cukup jauh ini kulanjutkan. Memang ini adalah bagian dari sebuah episode kehidupan. Perjalanan yang cukup melelahkan menempuh jarak 80 km setiap hari. “Mas, kita berhenti dulu ya... kita beli sop ikan untuk makan malam kita. Sekalian kita beli pecel lele seberang sana buat sarapan besok pagi. Ehmm... pasti enak”. Aku dengar kata-katanya, namun pikiranku masih bergelayut. Satu pertanyaan, yang pertanyaan itu terus saja menari-nari dalam pikiranku. Hingga detik ini aku belum bisa mengentikan tariannya yang membuat aku pusing. Kapan kondisi ini akan berakhir. Kapan perjuangan kala menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer ini akan selesai. “Ayo mang tarik...” bersamaan dengan suara itu motor ini melaju kembali.

Mas, ada pelangi wah indah sekali..., aku mau lihat... kita berhenti yuk”, lihatlah mas, pelanginya sangat jelas sekali. Kakinya juga kelihatan. Benar-benar indah pelangi ini hadir ditengah-tengah sawah yang hijau, andai aku bisa menyentuhnya pasti asyik... ha..ha..ha...”. Setengah perjalanan sudah garis pantai ini kulalui. Aku menikmati kebersamaan dengannya. Walau pikiranku ini benar-benar mengganggu. Otakku benar-benar bekerja keras untuk mencari solusi apa yang harus aku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.

Hari menjelang sore. Garis pantai sejauh mata memandang sebentar lagi melipat matahari.“Mas, aku mau lihat sunset, kita cari tempat yang nyaman untuk menikmatinya ya mas”. Aku masih berusaha mendengar kata-katanya dan berusaha masih tetap tenang mendengarkannya.

Waktu menikmati sunset telah berarkhir. Motor ini kembali menunaikan tugasnya. Hujan mulai rintik turun dan semakin deras dan sangat deras. Motor ini mulai meninggalkan tepi pantai dan masuk ke belantara hutan Cihideung. Aku ikuti sarannya untuk terus melaju di tengah-tengah badai hujan yang sangat lebat. Hari yang gelap. Pohon-pohon yang tinggi menjulang di samping kiri dan kanan jalan menambah cerita kala itu. Hanya lampu motor ini saja yang membantu memecahkan kelamnya malam. Mantel ini tak mampu membentengi diri. Air mata ini turun dengan derasnya sederas hujan di malam itu.

Aku membangunkan kesadaranku, ternyata motor ini sudah menyusuri jalan Gatot Subroto. Sebentar lagi kantor tempat bekerja akan sampai. Ehmm... sebuah kenangan. Kenangan yang senantiasa tersimpan sangat rapi. Kenangan sebuah perjuangan. Kenangan kala di Cihidueng Serang. Kenangan yang berkontribusi menambah erat sebuah ikatan.

Jakarta, 5 Juli 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun