Mohon tunggu...
Randu Setiawan
Randu Setiawan Mohon Tunggu... -

murah senyum baik hati dan tidak sombong hehehehehe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Pahit

22 Oktober 2014   03:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semakin ku merayu egoku semakin pahit kopi yang ku kecap di lidahku
Ah dasar sunyi sialan aku bosan dengan resah yang kau sajikan
Aku ingin sedikit perubahan dalam budiku
ta' selamanya menjadi budak nafsu nakalku
Aku ingin menikmati gurihnya sanjungan di atas lidah para bangsat berbau mulut busuk
Lemah urat syrafku setiap detik mendengar ocehan kosong seperti sang pembual yang di sanjung sejuta umat,
Bergejolak api amarah membakar alam fikirku
Seolah ta' kuasa menahan gunjingan perih yang mencabik relung hatiku
Aku mohon sajikan secangkir saja arak pahit yang bisa aku teguk untuk memanjakan kerongkonganku dan agar aku bisa menghambar pada kenikmatan mabukku
Niscaya akan aku abdikan umurku untuk ku pahat prestasi di atas batu nisan petilasanku
Agar mereka tau ta' selamanya raga ini kotor masih ada tetes-tetes suci embuh fajar pemalu dalam diriku
Dan agar mereka mengerti setiap hembusan nafasku ta' tersia memuai bersama bayu pagi
Masih ada aroma kasturi yang tersusun rapi dalam pustaka kalbuku,
Ahhh,,, semakin pahit saja rasa kopinya saat hangat beranjak meninggalkan cangkir ini
sepahit nasip mantan santri pecandu nikotin ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun