sosokmu perlahan pudar bagaikan nodapelan tapi pasti meninggalkan kehidupan yang semula sempurna olehmugelak tawamu ta' lagi terngiang di sekitar gendang telingakusunyi mengukir rintihan di setiap dinding hatiku sirna rangkaian mimpi yang hendak kita ikatkan pada peraduankecewa menolak setiap simpuh pengampunan yang ku hantarkanperi kecilku terlunta-lunta bersama isak tangis karna setetes madu aku mencabut akar hatimu wahai sahaja berhati embun sampaikan maafku untuk laranyatuliskan sumpahku untuk kenangnyadan ku titipkan restu untuk bahagianyadi sana di ujung cakrawala sendiri ku tanam harapan sudi kiranya tebarkan senyum untuk memupuknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H