Saat kecantikan bukan di nilai dari paras kau mengajarkan aku tentang kebesaran hati
Dimana harus ku kubur ego sedalam inti bumi untuk belajar merela
Ketika kita bersanding di teras rumah kau tunjuk sepasang merpati yg tengah bercumbu dan kau berkata "awalnya mereka tidak saling mengenal namun kini mereka berjodoh"
Otakku tergopoh untuk berfikr "apa maksud dari perkataanmu itu"
Yah, mungkin selama ini mataku tertutup oleh ego hinnga cinta di pelupuk matapun ta' mampu ku melihatnya, namun bayangan d masa dulu selalu kian nampak jelas terlihat,
ta' pernah ku sadari bahwa selama ini aku selalu berbaring di ribahan sosok bidadari nan perkasa, yang setiap sebelum aku terbangun dari lelap ia tengah meneteskan keringatnya untuk menyiapkan sarapanku, mencuci baju-baju busuk berbau keringatku, bahkan membersihkan perkakas yang berserakan karena malasku.
Namun sedikitpun ta' pernah ku membalas semuwa keikhlasan itu dengan kebahagiaan yg lazim untuknya,
Entah apa yang menyebabkan kabut dalam hatiku hingga ta' mampu menatap permata yg begitu berkilau di hadapanku.
Sunnguh bodoh diriku di hadapan penguasa dunia
begitu banyak nikmat yang aku sia-siakan hingga ta' sedikit kegelisahan yang bersemayam dalam resahku, ketika kini tuhan mengirimkan bidadari berwujud istri cantik nan lembut masih saja belum ku temukan makna sejati takdir tuhan.
Pada siapa aku bertanya?
Tp dalam perkataanmu itu ku temukan jawabannya.
tuhan tengah mengatur cerita untuk kita, di sandingkannya kita dalam bahtera rumahtangga agar kita mengerti tentang arti perjodohan yang telah di gariskan tuhan jauh sebelum kita saling mengenal, jauh sebelum kita mengerti tentang cinta, bahkan jauh sebelum tuhan menghembuskan ruh pada raga kita.
Tuhan tidak pernah salah hanya saja dalam cara berfikir kita yang belum terlalu mengenal tuhan pencipta kita yang membuat kita menyalahkan tuhan,
Kini mataku terbelalak melihat cantik nan anggun bidadariku
Lidahku mampu mengecap manis rasa-rasa cinta yang kau sajikan setiap malam dan pagi hari
Kulitku mampu merasakan sejuknya kasih sayangmu yang membelai setiap kekosongan jiwaku.
Maafkan aku wahai bidadariku aku bodoh, aku buta, aku tuli, bahkan aku ta' mampu mengendus aroma wangi kasturi kulitmu,
Sungguh kau sosok yang sempurna, pelengkap segala kakuranganku, pengisi kekosongan dalam diriku.
karnamu kini aku merasakan nikmatnya kebahagiaan, tanpa ku sadari ketegaranmu memberikan pelajaran berharga yg ta' pernah aku dapatkan di atas bangku sekolah maupun guru privatku.
Bidadariku ijinkan aku memelukmu untuk memastikan kau milikku dan ijinkan aku mengatakan
"I can not live without you","I want you
happy", and "I want to call you as BUNDA"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H