Mohon tunggu...
Randu Setiawan
Randu Setiawan Mohon Tunggu... -

murah senyum baik hati dan tidak sombong hehehehehe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

syajidah

30 Januari 2015   09:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:07 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelap ini mengingatkanku padamu syajidah Gelap yang selalu hadir dalam malamku kala ku bersimpuh di atas sajadah kusam ini Ketika dulu kau berdiri di belakangku berkumandang allahuakbar mengikuti imamku Kian sejuk udara menderu selaput ari mencairkan segala panas dalam fikirDesah nafasmu terdengar halus menyentuh gendang telingaku Sungguh indah kala itu syajidah Nuansa haru membalut damai di atas sanubari melukis indah tanpa ragu dalam setiap bait syukur atas kehadiratnya.
Syajidah ingatkah kamu dengan alqur'an kecil ini? Yah alqur'an pemberianmu duluKini al-qur'an ini masih ku simpan dan ku baca di setaip usai shalatku Ku lihat indah sosok raut wajah tersenyum manis di atas cantikmu kala ku lantunkan senandung ayat-ayat sucinya Aku melihat kebanggan di balik senyummu syajidah  Memang benar katamu syajidah daun ta' selamanya bersemi ada masa dimana musim berganti untuk menggugurkannya Begitu juga dengan rinai hujan yang menumbuhkan tunas baru Ada masa kala kita tersenyum bersama nama remaja begitu juga ketika status berganti menjadi seorang ayah dan ibu di situlah hidup baru akan bersemi dengan pemikiran baru dan dengan pertanggung jawaban yg lebih banyak bahkan lebih berat Sungguh kau pandai membingkai suasana dan mengaduk rasa syajidah  aku terpenjara dalam diam ketika itu  Sekejap udara terasa dingin membeku jantung berdegub kencang jemariku terasa kaku bahkan lidahku menjadi bodoh hingga ta' mampu mengumpatkan sepatah katapun,Kau ajarkan aku banyak hal tentang hidup syajidah  sebelum kau memilih hidup dalam kebisuan 
Andai aku bisa memelukmu untuk saat ini mungkin tangan ini enggan beranjak dari hangat dekapanmu Namun bukan pelukan hangat  melainkan hanya do'a yang kini bisa ku persembahkan untukmu Dunia kita berbeda syajidah namun cinta kita akan tetap sama Ta' terpisah ruang dan waktu jauh namun terasa dekat, hangat namun tidak melekat Jauh dalam ukuran ruang dan waktu namun dekat dan syahdu dalam syujud menghadap hadiratnyaParadoks kehidupan silih berganti yang tua di gantikan oleh yang muda, yang lama di gantikan oleh yang baru yang gugur di gantikan oleh yang bersemi, karena hidup dan mati itu pasti Datang dan pergi itu hakiki, hilang dan memiliki itulah takdir, adanya awal pasti akan ada akhir  
Kau tau kenapa hari ini aku memilih bungkam dalam gelap? agar aku bisa mengenang masa-masa indah saat kita berdiri di atas tanjung-tnjung kejayaan Masa ketika dulu kita bisa memamerkan kemesraan pada dunia dan membuat iri seisi alam semesta oleh kasih sayang kita Sembari bersimpuh ku panjatkan do'a tulus untukmu syajidahDamailah engkau dalam sunyimu aku di sini berjuang bersma namamu mana kala kakiku melagkah ku temui jalan yang pasti Ada cahaya indah di balik gelap mimpiku Cahaya yang dulu pernah kita banggakan dan kita pikul di atas pundak kita Sebuah cahaya yang terpancar dari mimpi kita, aku masih menggenggam janjiku syajidah Janji untuk menjadi seperti yang kau inginkan menjadi imam yang memiliki hati tulus dan berwibawa dalam menjadi kepala keluarga
Dear syajidah kekasih sejati dalam hati Raga hanya rangka, nyawa hanya tenaga, namun jiwa yang mampu menyatukan kita Namamu terukir indah dalam sanubari Sesaat namun terkenang sampai nanti sampai bertemu kembali di surga. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun