"Zeus?" Hannah dan Lilian sama-sama terperangah dengan kemunculan sosok yang tetap berwujud manusia walau nyaris seperti monster hitam kehijauan itu.
Suaranya parau, terdengar serak dan jauh lebih tua dari suara pria yang mereka kenal dahulu.
"Kau, masih, hidup.." Hannah ternyata dalam keterkejutannya, masih menolak untuk percaya begitu saja, "tidak tidak tidak! Kau pasti Sky yang sedang berdandan untuk menakut-nakutiku. Zeus sudah lama mati. Ia kujebloskan kemari dan tentunya sudah membusuk bersama tikus-tikus dan kecoa..."
"Salah besar. Aku melihatmu membesarkan putra ketigaku. Sayang sekali, dia tumbuh besar, namun umurnya takkan lama lagi karena ia akan menyusul ibunya! Kau juga tentunya bahagia karena berhasil membuatku setengah mati menderita di sini. Hannah, kau sudah bukan siapa-siapaku sejak lama. Kau atau aku yang harus pergi dari dunia ini."
Hannah melepaskan cengkeramannya dari Lilian dan hendak mencekik Zeus. Namun sekonyong-konyong tubuhnya terkapar di lantai lorong yang basah dan dingin. Lilian terperanjat. Segera ia maju dan memeriksa tubuh mantan sahabatnya.
"Ia sangat lemah. Pingsan karena lelah dan belum lama ini mengalami kecelakaan, dan mungkin terkejut karena kehadiran Anda. Zeus, ternyata Anda masih hidup."
"Ya. Aku bertahan hidup. Bagaimanapun, aku pernah mencintainya. Mari kita bawa Hannah ke atas. Kau tahu jalan, Lilian?"
Zeus masih hidup! Lilian merasa penemuannya ini luar biasa. Manusia yang lemah takkan bisa bertahan selama hampir seperempat abad di lorong tua seperti ini. Dimana tak ada makanan dan minuman kecuali jika ia mau mencicipi semua yang menjijikkan seperti hewan-hewan malam. Dan tampaknya memang Zeus sudah berubah total menjadi karnivora yang siap menghisap darah...
Berusaha keras menepiskan semua pemikiran mengerikan itu, Lilian bersama Zeus memapah tubuh Hannah mengikuti tali pembimbing menuju lubang jendela keluar darurat.
"Rahasiakanlah keberadaanku hingga hari itu tiba," pinta Zeus kepada Lilian saat mereka berhasil mencapai lokasi jendela, "aku takkan muncul ke hadapan kedua anak-anakku dalam keadaan seperti ini. Berjanjilah padaku, Lilian. Aku ingin mereka diselamatkan, yang lain aku tak peduli."
***
Sementara itu di luar sana Ocean dan Sky tampaknya lagi-lagi berselisih pendapat. Sky bertekad ingin menunggui jendela keluar darurat, sedangkan Ocean mengambil keputusan untuk pergi menyelidiki siapa orang yang menyerang penjaga-penjaga paviliun Hannah kemudian membawanya pergi entah kemana.
Sky menggumam, "Terserah kakakku saja. Yang jelas, Hannah ada di bawah sana dan kuharap takkan pernah ditemukan lagi! Ia sudah membunuh orang dan juga pasti merencanakan lebih banyak hal buruk..."
"Sky !!" suara Lilian dari balik jendela memanggil namanya, "Aku kembali! Cepat bantu aku mengangkat wanita ini!"
Hah, wanita? Sky terperanjat. Siapa kira-kira? Emily lagi... atau Hannah?
***
Ocean berusaha menyelidiki paviliun Hannah yang masih kosong melompong. Beberapa penjaga yang malam itu pingsan karena diserang mengakui tak sempat melihat sosok yang melakukan penculikan.
"Kira-kira, bila Earth yang melakukan hal ini, untuk apa? Mungkinkan mereka bekerjasama dan kini bersembunyi entah dimana?"
Ocean masih merenungkan semua itu, ketika ada petugas lagi datang melaporkan penemuan terbaru mereka,
"Tuan Muda Ocean Vagano! Pedang Terkutuk Dangerous Attraction..." petugas itu terengah-engah dan tampak pucat.
"Ada apa?" mata biru Ocean menyipit curiga.
"Pedang itu kembali hilang dari museum sementara rantai-rantai besinya kami temukan dalam patah dan gemboknya terlepas! Dan satu hal lagi... pintu kamar Nona Emily terkunci rapat, namun jendelanya terbuka. Ia... kembali menghilang!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H