"Anak gemuk itu lucu!"
Demikian stereotip yang selama ini beredar di masyarakat. Belum lagi anggapan jika anak yang gemuk itu sudah pasti sehat, chubby, gemoy, menggemaskan seperti boneka dan lain sebagainya.
Orang tua yang memiliki anak yang kurang gemuk malah seringkali dianggap kurang memperhatikan anak. Kurang memberi uang jajan, kurang awas gizi, dan sebagainya.
Padahal sekarang orang tua sudah harus jauh lebih awas dan waspada. Anak gemuk memang pada awalnya akan terlihat lucu secara fisik, akan tetapi tentu saja mirisnya, faktanya, kenyataannya tidak selucu itu.
"Eh, anak lo kok gemuk banget 'sih! Jajan melulu, ya?"
Misalnya di komentar media sosial setelah mengunggah foto anak. Nah, jika diperingatkan atau diberi sindiran oleh sesama orang tua, sekarang malah ada senjata para orang tua para anak gemuk yang mungkin akan segera dijadikan pamungkas, body shaming!
"Jangan body shaming, dong! Cek dulu anak sendiri dulu aja, udah terurus atau belum! Awas, nanti gue laporin lo pake undang-undang IT!" Mungkin begitu reaksi orang tua Si Gemoy. Yah, siapa tidak jadi keder diberi gertak sambal sedemikian. Masih berlanjut, tinggal skrinsut.
Dengan demikian, ke-gemoy-an si anak tetap akan berlanjut entah sampai kapan.
Sementara iklan-iklan beraneka warna dengan bintang artis di televisi dan media sosial semakin masif saja, segala macam minuman serbuk dengan rasa manis, entah gula asli atau pengganti gula rendah kalori atau bebas kalori dan sebagainya. Susu, buah, teh, maupun rasa susu, rasa buah dan rasa teh alias ya abal-abal.
Di pinggir jalan, es buah 5000 segelas beli dua gratis satu ramai dijajakan. Walau hanya bubuk berwarna pelangi yang diaduk lalu entah diberi buah segar benar atau tidak, judulnya yang menyegarkan tetap saja menarik calon konsumen.