Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 64: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

18 Juli 2023   08:39 Diperbarui: 18 Juli 2023   08:43 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Hingga malam tiba, Ocean maupun Sky belum tahu dimana keberadaan Emily. Mereka begitu ingin berkeliling pulau mencari dimana gadis itu berada, karena dirasa percuma mendesak Hannah yang walaupun semakin mempertunjukkan aura jahatnya, juga menunjukkan ketidaktahuan pada hilangnya Emily.

Si Tua Jahat memang tak pernah suka kepada gadis itu, karena kehadirannya dianggap menghalang-halangi atau menunda segala rencananya! Namun dengan menghilangnya gadis itu, ia merasa sedikit di atas angin.

Ocean dan Sky dalam kebingungan yang amat sangat, antara ingin menyisir pulau lagi atau diam saja melindungi keberadaan mereka berdua. Walaupun banyak petugas jaga dan pegawai perkebunan yang berjaga-jaga 24 jam, namun tanpa tahu apa dan siapa yang mengancam nyawa, bagaimana mungkin bisa tetap tenang?

Hanya sedikit kata-kata Lilian si Dokter yang mampu melegakan hati kedua kembar itu, "Emily gadis yang cerdas. Ia pasti bertahan, mungkin ia belum pulang karena sedang menyelidiki sesuatu. Ia takkan diapa-apakan oleh kekuatan itu, karena dia tak berhubungan dengan semua kutukan keluarga Vagano itu."

Sementara malam mulai larut, Emily dan Earth masih terus bersama. Pemuda itu tampak semakin tenang dan belajar mengendalikan diri. Bahkan ia dengan gembira membantu Emily mencarikan sesuatu yang bisa dimakan bersama-sama untuk mengganjal perut mereka yang lapar.

Emily yang tadinya merasa takut pada emosi pemuda yang masih labil itu, mulai sedikit lebih berani sekarang. Hanya saja ia berusaha menjaga jarak lagi, tak mau Earth menganggapnya kekasih dulu agar ia tak berubah posesif.

Mereka duduk berdampingan di atas pasir putih, sementara bulan purnama bercahaya di langit cerah sehingga suasana malam tak segelap biasanya. Sungguh malam tenang yang indah.

"Apakah kau merasa takut dan kesepian selama berada di bawah sana?" selidik Emily kepada pemuda yang semakin lama semakin mirip Ocean, yang semula ia kagumi, namun perlahan beralih atau masih terombang-ambing saat ini.

"Ya, aku masih trauma juga. Aku hidup seperti tawanan. Seumur hidupku aku baru beberapa saat ini melihat matahari. Tinggal di bawah sana menyedihkan, namun aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk melihat semua di atas sini." Earth mulai bisa berkata-kata puitis. "Meskipun untuk beberapa hari ini saja. Karena aku hanya punya satu misi dalam hidupku ini."

"Aku tahu. Kau ditugaskan untuk melakukan apa yang Hannah Si Tua titahkan. Tapi kau tak perlu melakukan semua itu. Itu semua hanya mitos. Hanya karangan belaka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun