Sampai sore itu Emily belum bisa menemukan cara untuk pergi dengan aman meninggalkan Earth, yang hingga saat ini masih 'menempel erat' pada dirinya.
Sudah seperti pacar, bahkan mungkin seperti ibunya! Earth begitu gembira saat Emily tersenyum padanya, mungkin baru beberapa jam terakhir ini sepanjang perjalanan hidupnya, ada seseorang yang begitu intim.
Emily merasakan kegembiraan serupa, walau masih bercampur kekhawatiran yang amat sangat.
Ia bukannya tak ingin menemani pemuda itu, malah semakin dalam mengenalnya, semakin ia merasakan ketertarikan yang tak biasa.
Kadang ia merasa takut sendiri apabila Ocean sampai tahu bahwa perlahan-lahan hatinya mulai lebih memilih Earth. Simpatikah? Rasa kasihan atau sekedar penasarankah? Yang jelas, ketertarikan ini membuat Emily jatuh dalam rasa bersalah dan dilema berkepanjangan.
Yang jelas, pemuda itu memiliki hati yang tulus, walau masih menyimpan kepahitan dan juga sama berbahayanya dengan pedang yang ia bawa-bawa.
'Haruskah kurebut pedang itu dan segera kabur dari sini? Mungkin nanti malam saat ia jatuh tertidur?'
Sementara Ocean dan Sky kembali ke puri dan berusaha mengorek informasi dari Hannah yang sudah mulai sadar. Wajahnya yang setengah terbakar dan beberapa giginya yang tak ada lagi sekilas menimbulkan gidik ngeri bagi siapapun yang menyaksikannya, seolah ingin berpaling dan lari jauh.
Bagaikan mimpi buruk yang perlahan menjadi nyata.
Namun saat melihat kedatangan Ocean dan Sky, wanita berhati seburuk wajahnya kini itu malah tertawa-tawa.