(Point-of-view Seseorang di Lorong Bawah Tanah:)
Aku mungkin kehilangan akal sehat, kehilangan anggota keluarga, serta apapun yang dulu kumiliki, termasuk cinta. Bahkan wanita yang dulu kucintai, lalu tidak jadi kupilih karena sifatnya yang tak cocok lagi denganku, telah menghempaskanku begitu saja setelah aku tak lagi berharga di matanya.
Semua orang mengiraku mati. Semua orang tak lagi perduli kepadaku termasuk Hannah. Hanya karena aku menolak cintanya dan juga menolak menerima lahirnya anak ketigaku.
Ya! Karena kelahirannya memang tak kukehendaki! Satu atau dua putra dari wanita yang kupilih, baiklah. Aku sungguh bersyukur dan bahagia bisa memiliki dua putra pada saat bersamaan.Tapi tiga? Aku tak siap dan begitu terkejut. Apalagi disusul dengan perginya seseorang yang kucinta selepas kehadirannya di dunia ini?
Walaupun masih bayi, aku tak berkenan memilikinya sebagai ganti istriku! Mungkin aku seorang ayah yang kejam, namun memang hal itulah yang kurasakan.
Istriku, yang kupilih dan kucintai dengan susah payah setelah dilema berlarut-larut antara wanita yang dulu kuperjuangkan dengan susah payah!
Florence yang begitu murni dan tulus, yang tadinya begitu gembira saat tahu ada dua putra yang telah ia lahirkan!
Namun yang ketiga keluar dari rahimnya dengan begitu susah, dan menyebabkan ia pergi begitu saja dari dunia ini tanpa pesan.
Ia mesti kurelakan pergi, terenggut paksa dari tubuhnya di saat semestinya aku begitu bahagia bersama keluarga kecilku!