Dan Hannah tentu saja senang begitu aku meratapi kepergiannya yang membuatku pilu. Dipikirnya aku yang menduda akan mencari ibu pengganti bagi putra kembarnya. Ia masih mengharapkanku, aku tahu. Tapi hatiku sudah terlanjur dingin. Dan aku ingin mati saja bersama Florence yang terbujur kaku dalam peti mati berlapis satin itu.
Sebagai seorang ayah baru, aku bahkan tak sanggup merawat kedua putra kecilku Ocean dan Sky.
Aku tak ingin merawat Earth. Ia kunamai juga Avalanche, sebab bagiku ia adalah gempa besar, bencana yang menelan nyawa ibu kandungnya sendiri!
Aku bahkan tak ingin melihatnya lagi setelah tanah menutupi makam Florence. Maka kubiarkan saja Hannah membawanya entah kemana. Barangkali dibesarkannya atau dibunuhnya, aku tak mau tahu. Biarlah aku dicap sebagai ayah yang tega dan kejam, sebab memang aku layak dipersalahkan. Istriku sudah cukup mendukakanku dengan kepergiannya!
Aku sadar keluargaku adalah bencana besar, keluarga yang seharusnya tak pernah ada! Karena sebentuk sisa cinta yang begitu kuat membayang-bayangi sedari awal.
Hannah yang kubawa dalam hidupku mungkin adalah kesalahan terbesarku sebelum ini, dan cinta kami memang seharusnya tak pernah ada. Karena perasaanku terhadap dirinya telah padam, tetapi tidak demikian dengannya.
Sekarang apa yang harus kulakukan, setelah semua orang menganggapku stres, sakit dan gila dan sebagainya?
Dan pada suatu malam, saat aku sedang 'tidur', Hannah memerintahkan beberapa orang upahannya untuk menjebloskanku kemari. Aku sebenarnya tak benar-benar tidur, tapi begitu lemas hingga tak bisa mengendalikan diri, kurasa Hannah memberiku obat penenang lebih banyak dari yang biasa kukonsumsi pasca meninggalnya Florence.
Dan aku terjaga di sini, hingga saat ini, hampir dua puluh tiga tahun lamanya aku bertahan sebisaku tanpa makanan, tanpa air, tanpa cahaya matahari. Mungkin semua orang mengiraku sudah mati. Namun lorong terkutuk ini juga menyediakan semua yang kubutuhkan. Semua hewan menjijikkan sudah kucicipi dan air kotor sudah kuminum bagaikan air mineral pegunungan yang segar.
Hanya saja, baru kali ini aku berdarah. Seseorang hampir saja menemukan dan membunuhku. Namun luka ini kecil saja, tak terasa sakit, dan akan segera sembuh!
Tak sesakit atau sepahit perasaanku.