"Jangan, Earth. Tidak dulu, tidak sekarang, kumohon." Emily tersadar bahwa ia terlena, hampir terjatuh dalam pencobaan terindah, segera duduk dan merapikan dirinya, membuang muka sambil berkata perlahan, "Aku tak tahu, aku takut."
"Apa?" Earth tampak kecewa. Tadi ia begitu yakin gadis itu sudah menerimanya. "Kuselamatkan kau beberapa kali. Aku tak tahu mengapa aku begitu. Mestinya aku tak perlu menyelamatkanmu, ya?"
Pemuda itu berdiri, ikut merapikan pakaian lama yang diberikan Lilian yang masih dikenakannya, dan sejenak mencoba mengontrol dirinya yang hendak marah sekali lagi karena penolakan Emily.
"Mengapa kau tak mau melihatku? Apakah milikku tak seindah dirimu?"
"Bukan begitu. Aku... " Emily mengaku, antara malu dan masih begitu takut. "Yang tadi kita alami dan yang sesungguhnya kita hampir lakukan, itu belum pernah kualami. Hubungan sedemikian mesra antara manusia bukan hanya dengan cinta saja. Kita harus menikah."
Earth terperanjat. "Apa itu menikah?"
"Yang dilakukan orangtuamu sebelum ibumu melahirkanmu, menjadi satu keluarga. Setelah cinta, pernikahan, barulah itu bisa dilakukan dengan bebas."
"Aku... kalau begitu, aku ingin sekali menikah denganmu." aku Earth polos. "Aku belum tahu cinta itu apa, tapi aku ingin sekali dicintai."
"Aku belum mencintai siapa-siapa." Emily bingung menanggapi, "Aku memang suka apa yang kita lakukan tadi, itu sangat baru bagiku, tapi cinta? Aku mungkin belum bisa memberikan cintaku."
"Berikanlah kepadaku!" Earth datang, memeluk Emily yang masih terduduk di atas pasir. Ia kembali menangis. Masih begitu labil dan polos.
"Aku tak bisa menjanjikan, Earth. Tapi kita berteman, dan aku akan menolongmu. Aku akan menjadi temanmu yang baik." Emily mendekapnya lagi.