Menyambung kisah sebelumnya, lupa penulis spill sedikit tentang rahasia umum di bus mini ala Tayo yang tentu saja hampir jadi pengalaman rata-rata penumpang. Paling tidak, selain mengalami sendiri, pasti pernah mendengarkan kisah nyata dari sesama pengguna kendaraan umum. Sudah bisa menebak?
Apalagi jika bukan copet.
Ya, hampir selama bekerja, penulis sudah pernah merasakan dua kali kecopetan ponsel. Memang bukan di Kopaja atau Metro Mini, melainkan di angkot KWK alias Koperasi Wahana Kalpika dan juga di Roda Niaga.
Sese-fruit tips dari sesama pengguna kendaraan umum walau hampir terdengar sama klisenya seperti kata Bahasa Inggris nice, jagalah bawaan Anda baik-baik, jangan sampai hilang apalagi berpindah tangan. Simpan bawaan di tempat aman, apalagi jika membawa segala harta seperti kantong ajaib Doraemon berjalan. Seperti penulis, semua ada semua tersedia hingga kurang satu barang saja seakan lupa bawa diri.
Belum lagi masalah umum lainnya yaitu asap tebal dari knalpot kendaraan umum yang jarang terawat ini. Sebagai penumpang kendaraan minus penyejuk udara, aroma sisa pembakaran tentunya sudah jadi hal biasa. Apalagi kepulan asap rokok dari sesama penumpang yang lewat di ujung hidung bagaikan lokomotif kereta api jadul santai-santai melintasi kaki gunung.
Bersyukurlah selama masa pandemi kita sudah terbiasa mengenakan masker sehingga masalah pencemaran udara bagi kesehatan jadi agak berkurang (yah, walau bukan mengurangi masalah polusi itu sendiri). Setidaknya, jadi lebih jarang ke dokter umum untuk cari surat izin absen sekolah atau kerja, juga karena ingin beririt pengeluaran untuk beli sabun, hand sanitizer dan vitamin.
Oke, tanpa lebih banyak lagi ngelantur, kita lanjut ke pembahasan si Tije. Memang tak bisa dipungkiri, zaman now sudah semakin canggih. Jika bus mini jadul belum dilengkapi CCTV dan segala perangkat perekam canggih yang konon menjamin keamanan. Hampir semua bagian halte dan terminal Tije sudah dilengkapi dengan sekian banyak CCTV yang konon direkam dan diawasi oleh petugas di sebuah ruang rahasia. Mulai dari gerbang penerimaan penumpang alias tempat tap-in dan tap-out hingga ruang tunggu dan ruang kabin bus penumpang Tije itu sendiri. Dengan demikian, apakah penumpang sudah merasa jauh merasa lebih aman?
Kenyataannya, sayangnya, faktanya, tidak semua kamera CCTV di Tije itu berfungsi dengan baik. Coba saja Anda lirik area pramudi (sopir) jika kita sempat duduk di baris terdepan, kadang ada tampilan monitor kecil di mana semua bagian bus yang diberi CCTV seharusnya terlihat jelas. Kenyataannya, hampir selalu ada satu dua atau lebih CCTV yang mati. Jarang sekali yang kompak menyala semua.
Lagipula, memangnya pramudi akan punya waktu untuk memperhatikan semua yang terjadi sambil menyetir buswae agar baik jalannya? Oke, alat itu memang merekam, akan tetapi apakah selamanya rekaman akan tersimpan dalam memori? Mantan saja bisa dilupakan, apalagi hanya sebuah rekaman yang tentunya punya masa kadaluarsa.
Jadi, bahkan di dalam Tije yang notabene diawasi CCTV dan satu dua pramusapa sekalipun, kita harus selalu eling lan waspada, seperti kira-kira kata Bang Napi di sebuah program reality show lawas tentang aneka tindak kriminalitas, "Waspadalah, waspadalah, sebab tindak kejahatan bisa menimpa siapa saja dan terjadi di mana saja."