(Point-of-view Earth Vagano:)
'Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan tubuh Si Tua yang kini tergeletak di hadapanku, tentunya belum mati, karena aku tak setega itu. Aku memang Makhluk Terkutuk yang hina, tapi rasa kemanusiaanku masih ada, seberapapun kecilnya.
"Siapa kau?" ulang wanita tua yang tadi nyaris menjadi korban.
"Aku, aku.." tudung pada jubahku belum berani kuungkap. Siapa wanita ini, aku bahkan tak tahu karena Si Tua belum pernah menyebutkan nama atau memperlihatkan fotonya.
"Mari kulihat!" dengan berani, wanita yang telah kuselamatkan itu membungkuk dan menyingkapkan tudungku.
Dan betapa terkejutnya ia saat melihatku.
"Oh Tuhan, oh Tuhan... Kau masih hidup! Kau benar-benar masih hidup! Ini sebuah keajaiban!" wanita itu berubah gembira dan betul-betul sudah tak takut lagi kepadaku.
"Kau adalah kembar ketiga Vagano yang hilang selama hampir dua puluh tiga tahun! Kau adalah Earth Vagano!" ia memelukku seketika dengan sangat gembira hingga air matanya tumpah. Tak diperdulikannya bau tubuhku atau kotornya semua yang kukenakan.
"Kau sama tampannya dengan saudara-saudaramu! Astaga! Tapi mengapa kau begini kurus dan gondrong acak-acakan? Ayo masuk!"
"Namaku... Earth?" ucapku ragu-ragu, karena jarangnya aku bicara, kurasa perbendaharaan kataku sangat sedikit.
"Ya, ya, kau lahir di tanganku! Aku Lilian, dokter wanita yang menolong ibumu melahirkanmu!"
Ia mencium kening dan pipiku dengan penuh kasih sayang. Ia begitu berbeda dari Si Tua.
Akhirnya kepercayaanku kepada Lilian mulai tumbuh. Tak lama, kami berdua menyeret masuk Si Tua yang masih pingsan dan berlumuran darah ke dalam bangunan tempat tinggal Lilian.