Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kritik Saran Literatur Sesama Penulis: Do and Don't, Apa Saja?

4 Juli 2023   12:36 Diperbarui: 4 Juli 2023   12:44 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kritik saran atau masukan atau komentar memang sangat diperlukan oleh seorang penulis fiksi maupun non fiksi dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu kepenulisannya. Akan tetapi, tidak bisa sembarangan atau begitu saja dilakukan.

Do:

1. Menyampaikan kritik dan saran secara pribadi apabila memang berkaitan dengan hal yang esensial (misalnya plot hole dan lain-lain). Mengapa? Agar komentar tersebut tidak menjadi spoiler serta unsur yang meragukan bagi calon pembaca lain yang belum membaca tulisannya. Juga tentu saja akan terkesan lebih respek.

2. Menyampaikan komentar dengan bahasa yang elegan, sederhana dan mudah dimengerti. Misalnya menanyakan hal rancu yang ditemukan oleh pembaca kepada penulis, tentunya sangat boleh. 

3. Komentar dan kritik saran yang membangun dan mencerdaskan sesama penulis dan pembaca, tentunya dibuktikan dan dijalankan terlebih dahulu oleh si pemberi kritik. Misalnya ingin mengkritik ejaan penulisan seseorang, rekan penulis yang mengkritik sendiri apa selama ini cara penulisannya sudah benar?

Don't:

1. Membandingkan olah kata/gaya penuturan si penulis dengan olah kata/gaya si pemberi kritik saran. Seperti yang pernah saya sebagai penulis alami, seorang oknum penulis membuat iklan diri dengan alasan mengambil posisi sebagai editor dan berusaha membenarkan dengan gaya penulisannya sendiri. Sebenarnya itu bukan masalah utamanya, melainkan cara membenarkannya malah seperti berusaha menghilangkan ciri khas saya sebagai penulis aslinya. Dalam arti lain, seolah-olah ia yang ingin menulis ulang kisah tersebut untuk membuktikan bahwa diksi kepenulisannya sendiri sudah jauh lebih baik dan benar. Karena itulah ia ingin disebut dan diakui sebagai editor, bahkan mencantumkan nomor telepon. Padahal belum tentu hasil tulisannya sendiri sudah jauh lebih baik dan bisa diterima oleh pembaca asli saya.

Tidak ada benar-salah dalam seni apapun termasuk menulis. Yang mungkin ada hanya tepat dan kurang tepat.

Cara memperbaikinya juga bukan dengan menulis ulang sebuah kisah, bukankah itu sama saja dengan Amati Tiru Modifikasi? Lebih baik kritiklah dengan jalan memberi masukan saja, misalnya, Menurut pendapat saya, lebih baik gunakan kata .... daripada .... Hal itu akan jauh lebih elegan dan juga akan menuai respons positif dari saya dan pembaca saya.

2. Memajang kritik saran tersebut di sebuah grup literasi dalam rangka mencari dukungan jempol dan komentar pembenaran. Seorang penulis yang baik tidak akan melakukan hal tersebut, sebab akan menjatuhkan sesamanya dengan penggiringan opini. Bayangkan jika dirinya sendiri yang mengalami hal tersebut. Kira-kira, apakah akan bisa menerima?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun