Dalam erotika, tentu saja adegan khusus untuk dewasa ada, tak bisa dihindari atau ditiadakan begitu saja. Akan tetapi semua kata-katanya sudah dipertimbangkan secara matang dan lebih artistik. Lebih tidak menimbulkan konotasi negatif. Bukan berarti erotika bebas dibaca semua usia. Tetap diperlukan kebijaksanaan, pertimbangan dan tentu pembatasan pembaca.
Kesimpulan: Selera pasar mungkin luar biasa besar terhadap kata vulgar, akan tetapi tak harus kemudian menulis subgenre pornlit kemudian menggolongkannya sebagai erotika. Itu adalah sebuah kesalahkaprahan besar, apalagi menyamakan semua penulis erotika sebagai penulis pornlit. Penulis romansa dewasa tidaklah harus menggunakan kata vulgar, malah sebaiknya dihindari. Mengapa? Akan dibahas lain kali.
Genre romantis tak harus erotis atau vulgar. Kita sebagai penulis harus belajar lebih banyak mengolah kata dan kalimat sehingga tercipta karya yang tidak hanya vulgar akan tetapi masih layak baca sesuai tingkat usia. Semoga dengan semakin sadarnya kita mengurangi pemakaian kata-kata vulgar, selera pembaca bisa ikut berubah kembali ke arah literatur yang tidak hanya ikut-ikutan dan kelak bisa menjerumuskan, melainkan jadi lebih edukatif dan mencerdaskan.
Semoga bermanfaat dan salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H