Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 128)

2 Juni 2023   11:27 Diperbarui: 2 Juni 2023   11:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi


"Tidak!" Rani mulai terisak, mencoba mempertahankan diri semampunya. Seumur hidup takkan bisa dilupakannya betapa mengerikan semua perlakuan nan merendahkan itu. Maafkan aku, Orion. Ini semua salahku. Kurasa aku akan habis malam ini, kumohon maafkanlah aku, relakanlah aku pergi...


Gerbang terbuka lebar-lebar tepat pada saat tubuh kecil Rani sedikit lagi akan gerombolan serigala buas itu cabik-cabik dengan cakar-cakar kotor mereka. Belasan zombie terjatuh ke arah dalam pelataran kosong pompa bensin, dari balik mereka sesosok pria muda bertubuh tinggi langsing, bermasker dan bersenjata api lengkap menyeruak!


"Orion Delucas! Bagaimana mungkin?" Kenneth nyaris terpesona.


Semua pria tak dikenal yang tadinya hendak berpesta dengan ketidakberdayaan Rani segera menerima hadiah kejutan mereka.
Orion yang sebelum-sebelumnya tak pernah menyakiti siapa-siapa kali ini begitu berang. Semua yang menghalangi jalannya, baik zombie maupun survivor-survivor penyabotase, segera ia hadiahi sebutir timah panas dari handgun berperedam.


"Siapapun kalian, menyerahlah! Aku tahu kalian sesungguhnya tak berhak di sini memonopoli fasilitas umum! Serahkan pompa bensin ini kepada kami!"


Para penyabotase pompa bensin yang tadi merasa di atas angin setelah berhasil menjatuhkan Leon sama sekali tak menduga akan ada bala bantuan! Melepaskan Rani yang nyaris berhasil mereka dapatkan, orang-orang tak dikenal itu memutuskan untuk mundur. Beramai-ramai menyerbu pintu sebuah ruangan terbuka di bangunan utama, mereka segera menutup pintu dan menguncinya.
"Jangan mendekat, atau kami akan menembak! Pergi kalian dari sini!" terdengar dari dalam kokangan-kokangan senjata api seolah-olah mencoba mengancam siapapun yang berada di luar.


Orion tentu saja sama sekali tak ingin mendatangi tempat itu. Yang pertama-tama didatanginya adalah wanita muda yang tergeletak di tanah dengan busana setengah terbuka, acak-acakan.


"Astaga, Rani, Istriku!" Tanpa peduli pada siapapun termasuk Leon yang tak sadarkan diri serta Kenneth yang masih tak mempercayai pandangan mata dan pendengarannya, Orion segera meraih erat tubuh Maharani, "Maafkan kecerobohan dan keterlambatanku ini! Kau tak apa-apa? Bedebah, mereka hampir menggagahimu?" Orion segera membantu Rani merapikan diri.


"Kau datang untuk kami!" Rani bersyukur meski degup jantungnya belum kembali normal, "Tidak. Tetapi hampir saja aku berakhir di sini!" tangisnya pecah seketika. Rasa haru dan ketakutan masih merajai diri. Tubuh kecil Rani gemetaran dalam pelukan Orion yang hangat.


"Tentu saja tidak akan! Kita takkan pernah terpisahkan lagi hingga kapanpun!" Orion meraih Rani ke dalam rangkulannya dan mencium bibirnya untuk meredam isak tangis sang istri.


"Astaga. Istriku? Mengapa Orion memanggil Maharani demikian? Dasar bedebah! Bagaimana mungkin?" rutuk Kenneth kesal. Berusaha mengalihkan rasa tak nyaman itu, diputuskannya untuk segera memeriksa kondisi Leon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun