"Ada tak apa-apa, Tuan?" Rani memberanikan diri.
Sosok itu sepertinya sadar jika sang pendatang baru itu merespon panggilannya. "Aaaah, Nona! Just on time! You have to help me! Aku, aku, aku sebenarnya.... lapar, haus dan sesak sekali!"
Rani sudah beberapa kali mendengar kata serupa. Langkahnya terhenti. Tangannya segera merogoh dalam-dalam kedua saku jaketnya.
"Beri aku darah segarmu! Aku belum mau mati!" Pria itu merayap lebih cepat, semakin cepat, dalam beberapa detik lagi ia akan tiba di depan kaki Rani!
Rani tak bisa lagi menunda. Dua vial di tangannya segera ia tancapkan ke tangan-tangan pria tua yang terulur itu.
"Maafkan aku, Tuan! Demi Tuhan, aku terpaksa melakukan semua ini!"
"Aaaah... apa ini? Aku, aku, aku,..." sosok itu seketika mengejang bagai tersengat sesuatu yang melumpuhkan, lalu perlahan sekali terkulai lemah ke tanah. Bagaikan balon kempis yang nyaris memeluk kedua kaki Rani, zombie itu sekali lagi mengangkat kepala dan sebelah tangannya ke arah sang wanita muda.
"Apapun ini, terima... kasih... Nona!"Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H