"Aku dan Rani berlari ke arah jalan sepi di perempatan jalan utama, agar para korban tertarik dan menjauh dari jalur SOHO ini. Kita semua akan bertemu lagi di pusat bahan bakar utama, pom BBM Chestertown. Aku dan Nona Rani akan segera ke sana. Sementara itu, kalian isi saja bahan bakar sebanyak yang kalian bisa untuk dibawa ke bus. Aku dan Nona Rani tak membawa jeriken, hanya senjata."
"Oh, baiklah..."
Rencana dadakan itu kedengaran sangat gila, tetapi jauh lebih baik dicoba daripada menunggu selama berjam-jam. Itu juga bila para korban tak duluan menemukan mereka!
Leon tetiba saja menggenggam sebelah tangan Rani yang dingin, wanita muda itu tak ingin namuh enggan menepisnya. Toh, mereka semua bersarung tangan, jadi tak tersentuh langsung. "Ikuti aku dan jangan sampai kita terpisah. Hey, you, Zombies!"
Leon dan Rani berdiri, menyembul dari deretan mobil-mobil terparkir. Rani dalam ketakutannya segera sadar, tak ada lagi kesempatan untuk menyesali pilihan ini!
Hanya beberapa meter dari sana, puluhan sorot mata kosong tanpa komando serentak mencari-cari sumber suara itu. Korban-korban virus terkutuk yang selalu lapar, haus dan sesak tak peduli seberapa banyak yang telah mereka santap. Tak peduli segar maupun sudah tak bernyawa...
"Come to Papa!" Leon melancarkan pancingannya.
"Lapar, haus, sesak... Kami butuh makan, minum, air..."
"Selamatkan kami dari neraka hidup ini!"
"Argh! Siapapun di sana, kami butuh kalian!"
"Please help!"