Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 114)

23 Mei 2023   10:46 Diperbarui: 23 Mei 2023   10:49 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Kita sudah tiba. Sekarang semua turun dari bus, ingat selalu waspada, taati protokol kesehatan dan bawa semua perlengkapan yang ada; senjata tangan dan senjata api, jeriken-jeriken kosong sebanyak mungkin serta alat semprot kimia anti api!" Kenneth yang memimpin rombongan go downtown menitahkan 19 orang lainnya termasuk Rani dan Leon untuk turun dari bus.

Mereka semua turun dengan langkah ragu. Ditemani pencahayaan senter-senter seminim mungkin agar tidak menarik perhatian makhluk-makhluk apapun, akhirnya pasukan turun satu persatu dari pintu belakang bus, membentuk barisan tunggal. Langkah Rani sedikit gemetar. Di belakangnya tubuh Leon menjulang tinggi, seperti siap untuk menjaga dan melindungi. Meski risih berdekatan, sang guru tak dapat menolak. Absennya Orion kali ini membuatnya sedikit merasa ada yang kurang. Mimpi singkatnya tadi juga sungguh aneh sekali. Orion dan semua orang di kompleks diserang zombie-zombie lepas? Sungguh aneh, tetapi tak mungkin terjadi! Semua zombie Kenneth masih aman di dalam 'inner chamber Lab' Barn termasuk Russell, bukan?

"Jangan melamun saja, Nona Rani! Percayalah, Orion pria muda favoritmu akan baik-baik saja, dia sudah dewasa!" sindir Kenneth sambil menyeringai, "Ayo kita lewat sini, masih ada jalan sempit cukup untuk pejalan kaki di samping barikade mobil ini!"

"Oh, ba-ba-baik! Dan maafkan aku!"

Mereka berdua puluh segera berjalan beriringan seperti rombongan anak sekolah hendak bersafari malam. Hanya saja, kali ini bukan safari malam yang menyenangkan. Perjalanan menuju ketidakpastian di tengah kota kecil yang gelap gulita.

***

Duka kelam menyelimuti arena parade malam kompleks Delucas. Aroma tak sedap bercampur isak tangis serta pemandangan menyedihkan. Membuat semua mata tak ingin memandang, namun juga tak kuasa berpaling begitu saja tanpa ratapan.

"Tidak, tidak, ini semua tak mungkin terjadi! Orion, apakah ia sudah tewas?" Rose ikut masuk ke dalam arena. Tak ada lagi satupun sosok zombie yang masih hidup, bahaya sudah tak ada, semua sudah berlalu. Namun fakta belasan sosok penjaga ikut tewas begitu menyesakkan. Puluhan anggota keluarga mereka yang juga tinggal bernaung di kompleks Delucas segera mendekat, hanya bisa meratap pilu. Suami, ayah, saudara-saudara mereka turut menjadi korban!

Orion masih beberapa saat lagi menatap dan mendoakan Russell, lalu bangkit dari posisi berjongkoknya. "Ya, ini semua hanya kecelakaan belaka. Kini Russell dan rekan senasibnya sudah tenang di alam sana karena jasad mereka tak lagi dapat dipermain-mainkan."

Rose mendekat, ingin memeluk Orion sekaligus berusaha mencari kenyamanan dan perlindungan sejenak dari hal terberat yang baru saja menimpanya. Akan tetapi suaminya itu mengelak. "Hei, ada apa, Sayang?" dalam dukanya Rose tak ayal merasa heran.

"Maafkan aku, Rose, saat ini aku hanya ingin menyendiri... Setelah ini akan kuselidiki semua ini hingga tuntas." Orion berusaha untuk tetap berpikir jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun