Ayah membuka pintu kandang pasangan merpati itu dan lupa menutupnya kembali. Merpati putih jantan pun keluar, akan tetapi entah mengapa ia enggan untuk kembali ke dalam kandang. Bukannya ia tak mau kembali ke sisi Merpati putih betina, melainkan ia masih merasa takut. Di sekitar rumah dan kandang ada banyak manusia yang belum ia kenal lewat berusaha mengusiknya. Ia hanya bisa bersembunyi sambil hinggap di dahan pohon rindang dekat-dekat rumah, menunggu kesempatan untuk kembali kepada pasangannya.
"Ke mana engkau pergi, Sayangku? Pulanglah segera, aku menantikanmu." Merpati betina mencari-cari dengan matanya dan diam di kandang, menunggu-nunggu.
Merpati jantan tahu, ia juga merasa rindu. "Aku sudah sangat ingin pulang, akan tetapi, aduh!"
Beberapa remaja jalanan yang lewat iseng melemparinya dengan batu, ingin melukai dan menangkap Merpati jantan itu. Ia terpaksa terbang tinggi dan jauh untuk menghindari mereka. Sayangnya, ia tak kembali-kembali lagi. Entah apa yang kemudian terjadi pada dirinya
"Ayah, ke mana Merpati jantan pergi?" Putri sedih menunggu-nunggu dan mencari salah satu burungnya yang hilang.
"Maafkan Ayah, ya Put. Merpati kita lepas dari kandang. Jangan khawatir, Ayah akan belikan satu ekor lagi."
Dan Ayah menepati janjinya. Seekor Merpati jantan kelabu ia belikan sebagai pengganti Merpati jantan putih yang hilang. Dimasukkannya Merpati jantan baru itu ke dalam kandang burung yang sama dengan Merpati betina putih dengan harapan bisa menjadi pengganti pasangannya yang hilang.
Akan tetapi Merpati betina putih merasa sangat sedih. Ia tak mau dijodohkan lagi. Masih berharap agar Merpati jantan putihnya bisa kembali, ia tak ingin didekati. Ia menolak makan dan minum.
Ayah dan Putri jadi bingung. Kesehatan Merpati Putih betina kian hari kian menurun. Hingga suatu hari, hewan malang itu tak bergerak lagi. Ternyata burung itu begitu berduka ditinggal pasangannya. Begitu setianya Sang Merpati putih hingga ia tak ingin kekasihnya begitu saja diganti.
"Mengapa burung ini jadi begini, Ayah? Apakah ia bodoh?" tanya Putri, sedih.
"Sama sekali tidak, Nak. Begitu setianya dirinya, hingga tak ingin menerima pasangan yang lain. Tidak seperti manusia yang kadang bisa melupakan keluarga dan pasangan hidupnya sendiri."