Di sebuah telaga nan tenang permai, hiduplah aneka hewan air termasuk Katak dan Kodok. Katak tampil cantik berkulit hijau licin dan halus, sedangkan Kodok sebaliknya, berkulit kasar berbintil-bintil.
Katak sangat gemar mengolok-olok Kodok. Ia begitu bangga pada penampilannya sendiri, kulitnya yang mulus dan berkilau.
"Kodok! Lihatlah, begitu menyedihkan rupamu. Sekadar saran saja, barangkali kamu harus lebih apik merawat diri. Sesekali cobalah bercermin di permukaan telaga nan jernih ini. Barangkali kamu akan menemukan inspirasi serta cara bagaimana agar terlihat lebih cantik."
Pada awalnya Kodok diam saja. Ia tahu jika kulitnya memang tidak cantik. Memang demikianlah semua keturunan Kodok sedari dahulu kala.
Katak juga dikaruniai tubuh yang lebih atletis, sedangkan Kodok sekeluarga cenderung lebih gempal. Lagi-lagi Katak mempergunakan kelebihannya itu untuk mengejek Kodok.
"Lihat, tanpa bersusah payah aku sudah tampil begini luar biasa. Barangkali kamu harus ke pusat kebugaran khusus hewan amfibi. Mungkin bisa sedikit membantu."
Kodok lagi-lagi hanya bisa diam. Dari awal memang ia ditakdirkan sebagai amfibi bertubuh subur.
Karena Kodok hanya bisa diam dan tak pernah menjawab, Katak semakin sombong saja, apalagi ia kerap dipuji para hewan air. Ikan, Bangau, Kura-kura.
"Kulitmu sungguh mengkilat."
"Loncatanmu sungguh jauh."