"Orion!" Rani bergegas membukakan pintu paviliun. Pemuda itu berdiri di hadapannya. Tak seperti biasanya, tubuh tinggi pemuda itu tampak sedikit membungkuk dan lemah, wajahnya sayu. Beberapa bercak cokelat dan hitam berbau tanah dan sesuatu yang tak sedap melekat di masker dan jaketnya.
"Ada apa? Mengapa kau jadi begini?" Rani berusaha keras agar Orion tak menangkap ekspresi ketakutannya bahwa 'telah terjadi sesuatu' yang tidak ia harapkan.
Orion melepaskan sepatu dan jaketnya di luar, menggantungkannya di sandaran kursi beranda. "Biarkan aku masuk dan mandi di sini sebentar, nanti akan kuceritakan!"
Rani bisa merasakan sedih dan duka mendalam yang ada dalam setiap nada dan ekspresi mata Orion yang biasanya ceria. Tanpa banyak bicara ia mempersilakan suami rahasianya masuk.
"Silakan ke kamar mandi, akan kuambilkan handuk baru yang bersih, nanti kau bisa mengganti maskermu!" Rani tak ingin banyak bertanya dulu.
Sementara Orion mandi, Rani tak bisa menahan rasa penasaran. Ia ingin memeriksa pakaian-pakaian Orion yang ia tinggalkan di luar dan di depan pintu kamar mandi.
Akan tetapi, tradisi Evernesia yang mengajarkan bahwa ia tak boleh ikut campur pada urusan pribadi siapapun tanpa diminta, termasuk pasangan, berhasil mengurungkan niatnya. Ia bertekad akan sabar dan menunggu saja!
"Orion, ini handuk bersihmu! Ups... Ma-ma-maaf..."
Rani membuka pintu dan masuk, tetapi tak sadar jika suaminya itu sedang berada dalam bath tub. Wajah wanita cantik yang sedang tak bermasker itu merona! Ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk berpikir dan berbuat 'macam-macam'.
Orion malah diam saja, wajahnya masih tampak sedih, tetapi kejadian pemergokan itu malah memberinya ide bagus.
"Bagaimana jika kau menemaniku di dalam sini?"