Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 89)

5 Mei 2023   17:28 Diperbarui: 5 Mei 2023   17:51 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Astaga. Rani, mari kita coba untuk tetap tenang, oke? Jangan bersuara dan jangan bergerak." Orion berusaha tetap mengamati semua yang terjadi di luar sana walaupun pencahayaan sangat minim.

Bagaikan parade atau karnaval, dalam remang cahaya rembulan beberapa sosok besar kecil terhuyung-huyung melintas sendiri-sendiri di jalan raya dan trotoar SOHO. Rombongan survivor, atau mungkin sekali 'mereka yang pernah menjadi manusia' alias korban reanimasi! Zombie! Baik Orion maupun Rani sudah beberapa kali bertemu langsung walau kali ini sangat berbeda. Lebih banyak, belasan, dua puluhan, entah dari mana menuju ke mana!

Ada yang sangat lambat berjalan karena sudah terluka, sebaliknya banyak yang masih sangat gesit. Mereka tak sepenuhnya asal berkeliaran seperti dalam adegan film-film horor zaman dahulu. Beberapa sepertinya masih 'setengah sadar' dan sibuk mencari-cari sesuatu.

"Oh, mungkin itu sebabnya tong-tong sampah terguling dan banyak barang di jalan raya berserakan... Mereka pasti mengais atau membongkar apa saja, mencari-cari asupan! Mereka makan bagian tubuh makhluk hidup dan juga apa saja yang mereka bisa santap, asalkan masih segar!" bisik Orion, teringat kepada reaksi awal yang sempat ia alami; lapar, haus, sesak napas...

Ia menambahkan hasil pengamatan, "Pasti masih ada sebetik kesadaran, mereka aktif keluar dini hari begini untuk menjarah! Sama seperti kita, korban reanimasi masih butuh makan-minum, bahkan cenderung merasa lapar-haus secara ekstrim, menjadi rakus dan brutal karenanya! Malam-malam begini mungkin mereka keluar 'merasa' lebih aman..."

Orion berhenti berbisik. Salah satu atau beberapa sosok lewat sangat dekat dengan etalase toko di mana mereka berada. Bahkan ada yang menoleh dan mengamati, mencari-cari entah dengan mata atau naluri. Sepasang bola mata memutih menatap kosong, nyaris beradu pandang dengan mata sipit cokelat Orion!

"Oh, no..."

Rani menepuk bahu, menyadarkan suaminya yang masih terpana, "Orion, sepertinya kita bisa ketahuan! Ayo, sembunyi! Ke balik meja kasir! Cepat!"

Selain memastikan senter-senter sudah padam, pasangan itu terburu-buru mengendap-endap dari balik kaca etalase menuju meja kasir. Tak berapa lama, 'ramalan' Rani menjadi kenyataan!

Suara bel kecil bening berdenting, pintu toko terbuka lebar-lebar. 'Tamu' berikutnya, entah berapa jumlahnya, menyerbu masuk ruangan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun