Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 89)

5 Mei 2023   17:28 Diperbarui: 5 Mei 2023   17:51 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orion dan Rani menahan napas bersamaan. Mereka berusaha sebisa mungkin menyatu sempurna dengan bayang-bayang. Beberapa pasang kaki masih bisa diintip dari tempat persembunyian.

Rombongan yang masuk itu sepertinya belum sadar jika sebelumnya telah ada dua pengunjung. Dengan berisik mereka berkeliling dan mengacak-acak segala sesuatu, sesekali menggeram atau mendesah. Orion semakin yakin jika orang-orang ini bukan lagi survivor, melainkan zombie! Tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali membunuh mereka!

Mereka mengingatkanku kepada Russell. Aku semakin prihatin saat memikirkannya! Astaga, andai saja aku bisa mengabari keluarganya, atau sekalian berkesempatan mengakhiri penderitaannya! Bila saja aku bisa kembali ke dalam sana dan melakukan sesuatu agar ia tak dijadikan 'kelinci percobaan' oleh Kenneth dan kru-nya!
Orion masih sempat-sempatnya merenungkan nasib pasien zombie pertama di Lab Barn, mantan tetangga kamar isolasinya yang malang!

Rombongan terduga zombie itu sepertinya tak berhasil menemukan yang mereka cari. Toko itu memang hanya berisi bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari dalam kemasan, tak banyak tersisa sesuatu yang masih 'segar'!

Setelah beberapa menit yang menegangkan, mereka mengakhiri 'penjarahan' dan keluar satu persatu dari toko. Beberapa saat terdengar derap langkah kaki, satu dua seperti terseret-seret, lalu keadaan kembali sunyi senyap bagai dalam ruang hampa udara.

"Orion, apakah mereka sudah pergi? Semua sudah kembali aman?" Rani berbisik sepelan mungkin di balik bahu suaminya.

"Kurasa iya, tapi sebentar, aku keluar memeriksa dulu... Tapi sebelum itu," Orion merasa perlu meraih satu senjata. Diturunkannya ransel dan diraihnya sebuah bet kasti, "Ini senjata darurat milik Leon yang kupinjam! Wish me luck! Tunggu di sini! Jika terjadi apa-apa, kumohon jangan panik. Just try to cover me up with that handgun. Don't hesitate to use it! Bisakah kau melakukannya untukku?"

"Should I? Well, o-o-okay. Just be careful!" Rani mulai cemas, segera memasukkan tangan ke saku jaket di mana senjata api kecilnya tersimpan. Ia sungguh tak ingin menggunakannya walau terpaksa sekalipun! Tetap saja, ia akan berusaha demi Orion.

Orion beringsut keluar. Perlahan-lahan berdiri, dalam keremangan nyaris tanpa suara, diamatinya sekitar tanpa bergerak.

Ternyata tersisa sesosok tubuh pendek di sudut ruangan. Seorang remaja berusia sekitar tiga belasan tahun, tak jelas pria atau wanita, membelakangi Orion. Kelihatannya ia sedang menyantap sesuatu dari rak dengan nikmat, mendekati rakus. Terdengar kriuk-kriuk kudapan renyah yang sedang ia nikmati tanpa peduli telah ditinggal sendirian oleh kawanannya. Mulutnya berdecap-decap terbuka dan giginya terus mengunyah tanpa henti.

Astaga, hanya seorang bocah. Akan tetapi, kemungkinan bukan lagi survivor. Sekarang bagaimana caranya aku dan Rani bisa pergi dari sini sebelum ia menyadarinya?

Menyadari ada hal yang tak beres, Rani menyiagakan pistol kecilnya.

Aku harus siap... cepat atau lambat, aku harus tega menggunakan benda ini!

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun