Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 58)

3 Maret 2023   08:14 Diperbarui: 3 Maret 2023   08:31 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi edit pribadi

Orion terjaga dari istirahat siang, sedikit merasa lebih baik tetapi hingga pukul enam sore juga belum mendapatkan jatah makan malam. Dari jendela kamar tidurnya ia bisa melihat matahari mulai terbenam di balik perbukitan Chestertown. Pintunya masih dikunci dari luar.

Rani juga belum membalas chat. Apakah istriku dalam bahaya? Jangan-jangan hubungan kami telah ketahuan... Orion yang masih belum terlalu pulih sekali lagi mencoba menelepon Rani.

Tidak diangkat. Rani mungkin sedang jauh dari ponselnya atau sedang bersama keluarga Delucas, jadi tak mungkin menerima panggilan.

Tetiba pintu terbuka. Dokter Kenneth masuk, mengenakan baju hazmat dan membawa sebuah kursi roda. Ia tidak sendirian. Dua petugas berpakaian serupa mendampinginya.

"Selamat malam, Tuan Orion. Atas titah Lady Rose, kamar ini akan disterilisasi dulu. Anda akan kami antarkan ke Lab Barn untuk menjalani isolasi mandiri dan pemeriksaan hingga besok. Maaf, mari duduk di atas kursi roda ini." Kenneth mengatakan semua itu seramah mungkin, tapi jelas terdengar ia tak ingin dibantah.

"A-a-aku baik-baik saja. Sudah merasa jauh lebih sehat daripada tadi. Aku tak perlu diisolasi. Sekarang aku hanya ingin makan..." Orion tentu saja tak suka diatur-atur 'dokter pribadi keluarga' walau dalam kondisi lemah sekalipun.

"Maaf, ini protokol kesehatan Octagon yang perlu kami jalankan. Duduklah di kursi roda dan santai saja, Tuan Muda." Titah Kenneth itu ramah namun terkesan mulai memuakkan.

Orion tak dapat membantah. Dengan pasrah ia terpaksa duduk di kursi roda setelah dua petugas bawaan Kenneth mengepungnya seakan memastikan ia takkan kabur dari kamar itu.

Rani... sekarang apa yang akan mereka lakukan terhadapku? Semoga bukan hal-hal yang buruk! Orion hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Ia bersyukur Kenneth dan kedua petugas tidak menggeledahnya. Ponsel telah ia sembunyikan di dalam saku celana panjang. Ia berharap bisa menerima kabar dari Rani, apapun, kapanpun itu.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun