Pria malang bernama Russell itu hanya bisa meraung sekeras-kerasnya saat menyadari bahwa informasi kru medis itu adalah kenyataan terpahit dan tersakit yang pernah ia dengar dan alami selama hidupnya.
"Tidak mungkin! Keluarkan aku dari sini! Aku ingin kembali ke kotaku, keluargaku, rumahku! Kembalikan aku ke zaman sebelum ada Hexa dan Octagon!"
Namun kru medis dokter Kenneth itu hanya bisa menggeleng sambil mengucap kata maaf, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan, menguncinya baik-baik.
"Awas kalian semua yang telah berani-beraninya mengamputasiku tanpa izin, lalu mengurungku di sini! Aku tak bersalah dan tak rela kehilangan anggota tubuh dan hidupku! Tunggu pembalasanku!"
Sekali lagi Russell meronta, berusaha keras untuk bangkit. Namun semua usahanya sia-sia. Rasa sakit luar dalam tak terperi terus ia rasakan menjalari raga hingga sekali lagi harus terhempas ke atas ranjang pasien, terjatuh kembali menuju dasar jurang alam bawah sadar nan hitam-biru tanpa dasar.
***
Beberapa jam sebelumnya, kembali pada dialog rahasia Maharani dan Leon di luar ruang makan. Suasana masih cukup membingungkan, terutama bagi si guru muda.
"So, what do you think? Apa Anda bersedia menerima tawaranku?" Leon Delucas masih setia menunggu jawaban Maharani dengan jantung berdebar-debar.
"Uh, bagaimana ya? Aku memang... lajang, tetapi..."
"Anda tak memiliki tunangan atau kekasih di Evernesia. Kalaupun ada, ia tak mungkin Anda bisa temui dalam krisis ini." Leon semakin berani mendesak, begitu yakin Rani takkan bisa menolak.