Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Logika Sederhana, Mengapa Mata Pencaharian Menggunakan Akal Budi Takkan Pernah Terganti?

27 Februari 2023   10:36 Diperbarui: 27 Februari 2023   10:48 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Ionos.it

Pekerja, karyawan, dan semua kita yang sehari-hari bekerja di bidang humaniora seperti diriku! Apakah Anda seorang desainer, seniman, pekerja kreatif, guru, teknisi, pemusik atau apa saja yang berkaitan dengan kemanusiaan?

Ada kekhawatiran jika inteligensia buatan suatu hari akan menggantikan apa yang sedang kita lakukan selama ini sebagai ladang atau mata pencaharian kita. Mengapa kita sebenarnya tidak perlu takut pada kehadiran AI atau semacamnya?

1. Teknologi secanggih apapun hanya mengenal yang disebut logika mati atau pasif dari kumpulan teori, pemrograman atau pemikiran kolektif manusia. Bahkan sebuah search engine saja hanya akan menghasilkan temuan berdasar pada apa yang banyak dicari orang tanpa bisa mengecek kebenarannya. Itulah sebabnya masih bisa beredar berita hoaks dan jawaban-jawaban ChatGPT yang lucu dan tidak masuk akal. Sedangkan manusia memiliki logika yang hidup dan dinamis. Mungkin ada yang dianggap sebagian orang salah dan ada yang diyakini benar, namun semua bisa berubah sewaktu-waktu.

Mengandalkan teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang humanis mungkin pada awalnya akan terlihat bagus, praktis, canggih, serta mungkin lebih indah memukau. Namun hasil wah yang muncul itu tentu tak memiliki hasil logika manusia yang selama ini hadir sebagai proses pembelajaran dan pengalaman.

2. Pengusaha dan pemilik industri seyogyanya bisa menilai sendiri kualitas pekerja atau karyawannya serta tentu saja mengenali ciri khas yang tidak mudah akan tergantikan oleh orang lain, apalagi hanya oleh mesin, komputer, robot serta AI. Tidak semudah itu, Ferguso! Apalagi jika sudah selama bertahun-tahun dijalani dan dijabani, melatih SDM baru saja akan terasa begitu sulit, apalagi jika dilakukan oleh mesin-mesin.

3. Mengapa profesi humaniora takkan mudah tergantikan? Akal budi manusia yang tak pernah berhenti menimbang segala sesuatu adalah jawabannya. Hasil kerja dan olahan mesin-mesin, seberapapun hebatnya, tidak akan bisa langsung di-ACC oleh atasan dan para pengambil keputusan. Hasil kerja AI mungkin pada awalnya dianggap seperti sulap atau magic, akan tetapi yang magical itu belum tentu benar alias bisa digunakan.

Jadi, jangan kita terlalu khawatir atau berharap dari AI dan aneka teknologi canggih semata-mata. Memang banyak profesi lama yang sudah mulai terganti, misalnya tukang susun huruf atau tukang paste-up untuk proses cetak koran/buku di mesin cetak sebelum ada zaman plat-plat offset percetakan. Akan tetapi untuk membuat selembar plat, memeriksa kualitas plat, kualitas cetakan, masih sangat diperlukan mata dan tenaga manusia. Apalagi konsep desain sebelum cetakan hingga proses mounting-nya, tentu saja masih memerlukan akal budi dan skill serta pelatihan khusus yang hanya bisa diperoleh dan dijalankan oleh manusia.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun