Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Penulis Harus Berani Beropini, Jangan Hanya Menghalu Sepanjang Hari!

15 Februari 2023   12:32 Diperbarui: 15 Februari 2023   13:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak penulis (fiksi) masa kini hanya berani menghalu alias menuliskan imajinasi saja, malah kadang berlebihan dan di luar nalar. Sayang sekali jika menulis hanya 'berhenti di sana saja'. Apalagi jika talenta hanya digunakan untuk mencari penghasilan. Ingatlah bahwa penghasilan terbesar sekalipun akan dan bisa habis, akan tetapi tulisan kita tidak akan pernah terhapus dari benak pembaca dan media di mana ia tertera. 

Begitu banyak hal yang sesungguhnya bisa jauh lebih besar, bermanfaat dan berguna daripada hanya sekadar 'berhalusinasi' saja, antara lain opini. Opini adalah pendapat pribadi kita, sumbangsih untuk turut mengubah dunia. Apa yang kita rasa, apa yang kita ketahui, apa yang kita ingin ubah?

1. Penulis memiliki talenta unik yang mampu menuangkan kata dalam tulisan. Apabila penulis berani beropini, maka akan menjadi kekuatan yang besar. Mengapa tidak berani mencoba?

Jika dalam keseharian kita bisa bicara bebas, curhat, berkomentar ini-itu di media sosial, tentu saja kita memiliki opini alias pendapat. Mengapa tidak berani menyuarakannya di atas kertas atau di layar?

Opini apapun yang kita miliki, apakah akan didengarkan (baca: dibaca) atau tidak, sebenarnya bukan masalah. Mari kita coba untuk mulai berani beropini.

2. Penulis yang beropini mungkin pada awalnya bagaikan tetesan air di atas batu. Barangkali akan dianggap, ah, kecil, remeh, tidak kuat atau powerful. Namun dengan adanya selaksa opini lainnya, niscaya penulis dapat membuat sedikit demi sedikit perubahan.

3. Opini kita mungkin akan ditanggapi dan dianggap entah salah atau benar di mata orang lain. Apakah akan mengganggu Anda, apabila dianggap salah? Tidak perlu baper. Biarkan saja, penulis dan pembaca tak mungkin selalu bisa seratus persen setuju pada sesama penulis dan pembaca. Sebaiknya tetap bersikap dewasa. Jika kita membaca opini-opini yang tidak sesuai dengan pemikiran, sudah mulai 'keterlaluan', kita balas saja dengan menuliskan opini kita sendiri. Tidak perlu berdebat atau habis-habisan membela opini sendiri.

Opini mana yang benar atau salah kelak akan terbukti sendiri, jadi tak perlu panjang-panjang diperdebatkan. Yang salah akan layu sendiri pada akhirnya.

Mari kita berani bersuara, beropini, serta menulis dari dasar hati terdalam. Cepat atau lambat kita akan mencapai visi dan misi masing-masing, asal dilakukan dengan tulus ikhlas serta mendayagunakan sesuai waktu dan kemampuan yang ada.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun