Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 20)

10 Februari 2023   11:13 Diperbarui: 10 Februari 2023   11:29 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"What do you mean, Maharani? Mengapa tiba-tiba kau berpikir dan berkata seperti itu? No, you're definitely not that kind of bad person! Sebaliknya, bisa jadi kau adalah seseorang yang Tuhan kirimkan untuk kami, mungkin juga seorang malaikat penyelamat! Kita sepertinya memang 'bersalah' dalam hal ini, namun kau tak bisa sepenuhnya menyalahkan diri. Semua ini terjadi di luar kuasa dan kehendak kita!"

"Tetap saja, di sini aku masih merasa seperti pembawa ketidakberuntungan. However, I must admit, I really feel lucky to meet you, Orion. Thanks. I don't know why. Aku hanya bersyukur saja atas pertemuan kita, walau kita belum bisa terlalu..." Kalimat Rani tergantung di udara.

"Sesungguhnya di sini pun aku ingin sekali bisa mencium dan memelukmu lagi," Orion masih tersenyum, susah payah berusaha untuk tak mengalihkan pandangan dari jalan raya, "sayang, di belakang mobil ini, dari dalam bus, semua mata rombongan staf Delucas tentunya bisa mengawasi kita. Kita sekarang harus pintar diam-diam saja dan berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa. Seru, bukan?"

"Uh, I never feel like this before. It's so awkward. But I kind of enjoy it. Ya, aku merasa sangat aneh hari ini, tak pernah terpikirkan olehku !" Rani terkikih, merasa seperti seorang gadis kecil yang diam-diam memendam sebuah rahasia terlarang dari kedua orang tuanya.

Orion ikut senang mendengar tawa itu, "Ya, kau harus gembira. You just have to laugh more, Rani. I really like to listen to your sweet, tender voice."

"Me too. I love your deep male voice. I really do," aku Rani malu-malu, "maaf, pujianku ini terdengar sangat gombal, ya? Jujur saja, aku masih sangat polos dan baru dalam hal ini. Termasuk tadi saat kita berciuman, uh... diriku sungguh memalukan dan tak berpengalaman!" Wajah Rani perlahan merona.

"Thanks. Really? Kau belum pernah pacaran? I don't believe it! Masih sangat polos, dan jangan-jangan... kau juga masih seorang perawan? Oh, betapa beruntungnya diriku!" Orion tambah bersemangat menggoda kekasih barunya hingga pipi Rani bertambah merah saja!

"Duh, Orion, kok tiba-tiba kau membicarakan itu, sungguh aku belum... Please, don't flirt me like that! Kau sungguh berani sekali, that's so naughty of you!" tawa Rani hampir meledak.

Orion tambah bersemangat, "I think I have to find out soon by myself! Are you ready?"

Rani bergidik, "Uh, Orion. Please, no... aku belum siap..." Sungguh, ia belum berani membayangkannya!

"Don't worry, it's just a joke. Aku hanya bergurau. Take it slow and easy, aku takkan pernah mendesakmu. I know that's not an easy thing for Evernesians. Believe me, I'm not that kind of indecent guy." Dalam hati, Orion merasa semakin senang, ternyata Rani memang tipe 'wanita jujur' idaman hatinya, walau perkenalan mereka mungkin sayang sedikit 'terlambat'.

"Uh, finally, home sweet home. Let's act like nothing happened today, okay?" Orion mengingatkan.

Mereka harus berhenti 'bersenang-senang' untuk sementara sebab gerbang ganda kediaman Delucas sudah tampak di depan mata.

***

Lady Rosemary yang tadinya hendak langsung kembali ke kompleks kediamannya tetiba di tengah perjalanan berubah pikiran.

"Aku tak bisa hanya berdiam diri saja. Sungguh, walaupun Leon dan Grace sangat membutuhkan seorang guru Bahasa Evernesia, aku takkan bertindak bodoh dan membiarkan seorang gadis asing berada di kediamanku tanpa 'sebuah pengawasan khusus'! Seberapapun berpenampilan tak berdosa, tulus, ramah dan baiknya dia, aku harus selalu waspada dan berjaga-jaga. Jangan sampai kejadian buruk yang menimpaku dan mantan suamiku terulang lagi!"

Wanita yang sedari lahir sudah memiliki segala-galanya itu keras berpikir, lalu tersenyum sendiri dengan puas saat sebuah solusi akhirnya terpikirkan dalam benaknya. Banting setir untuk kembali ke Chestertown, ia tertawa-tawa sepanjang perjalanan.

"What a good idea! Sekali menyelam minum air! Aku tahu sudah tiba saatnya kurekrut satu orang lagi untuk bersamaku di kompleks, yang bisa sangat berguna nanti-nanti apabila terjadi semua yang terburuk! Well, let's see, if you dare and try to cheat me, Orion."

Rosemary tak mengambil jalan utama yang masih dipenuhi antrean panic buying penduduk setempat. Sedan merah berlogo kuda jingkrak dikemudikannya perlahan berbelok memasuki sebuah area perumahan mewah yang sepi di sisi Chestertown.

***

"Ms. Rani, Orion! Kalian ke mana saja? Mama mencari kalian berdua dan belum kembali!" Leon dan Grace menunggu di ruang tengah.

Orion segera menyahut, "Sorry Guys, we were going downtown to look for supplies. Kami membeli keperluan untuk kita semua, barangkali dalam beberapa minggu ke depan..."

"Ya!" Leon memotong, lalu menunjukkan kedua orang dewasa itu sebuah situs berita di ponselnya, "Baca ini. Usaha lockdown total Pharez, Everance, tampaknya tak berhasil! Entah bagaimana caranya, beberapa korban terinfeksi dengan gejala tak terlalu parah berhasil lolos dari pemantauan pemerintah. Kemungkinan besar, mereka diam-diam telah menyuap oknum penjaga keamanan atau menyelundup bersama beberapa penerbangan Everopa. Kemungkinan besar orang-orang Everance yang masih buron ini dapat menularkan penyakit misterius ini ke seluruh dunia."

Rani bergidik, "Astaga. Mereka bisa berada di mana saja saat ini!"

Grace menambahkan, "Tadi di televisi, kami lihat di breaking news, beberapa tangkap layar dan CCTV dari lokasi lockdown terungkap. Korban-korban itu sekilas masih seperti manusia pada umumnya, tapi saat di-zoom..." Gadis remaja itu terdiam.

"Tetapi apa, Grace?"

"Wajah para korban sangat pucat dan terlihat ada bagian kulit gelap dan memar seperti bekas pukulan! Cara berjalan mereka juga sangat aneh, sepertinya sebelah kaki mereka terluka atau bagaimana! So scary..."

(Bersambung)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun