Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minta Sumbangan Via Whatsapp, Sama dengan Mengemis Online?

18 Januari 2023   15:47 Diperbarui: 18 Januari 2023   16:08 7286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

"Selamat pagi (siang, malam) atau salam (keagamaan), apa kabar Ibu hari ini, bla-bla-bla ..."

Biasanya saya kurang begitu suka atau mengabaikan saja pesan-pesan WA yang tidak memperkenalkan diri secara jelas. Saya seperti kebanyakan kita lebih suka jika disapa dahulu dengan panggilan nama kita dan nama si pembuka percakapan serta maksudnya. Bukan karena somse atau bagaimana, hanya sebagai penanda bahwa yang bersangkutan beritikad baik kepada kita.

Beberapa kali ada japri WA masuk, walau saya tidak tahu maksudnya (karena hanya menyapa saja dan menyebut nama tanpa memberitahu identitasnya) jelas-jelas dari profilnya kita bisa tahu jika nomor tersebut bermaksud meminta sumbangan. Ada nama yayasan atau lembaga tertentu di sana.

Sayangnya, saya sudah terlanjur malas melayani dan kemudian end chat saja. Bukannya pelit, namun sudah kadung ilfil alias 'kok main slonong boy aja add nomor kita yang notabene jarang disebarkan?'

Sebenarnya menurut opini pribadi saya, cara meminta sumbangan via japri WA seperti ini terkesan agak maksa dan kurang elegan. Terlebih lagi jika si penjapri tidak memberitahukan dari mana ia mendapatkan nomor kita. Kira-kira dari mana bisa dapat nomor kita? Jika via teman/keluarga/kantor biasanya mereka akan minta izin dulu pada kita, bukan?

Saya rasa, keberadaan atau banyaknya grup Whatsapp menjadi ajang dimanfaatkannya nomor kita oleh para member yang belum tentu kita kenal. Entah asal comot atau semacam itu, yang jelas nomor kita menjadi hal yang tidak privat lagi.

1. Mengemis online bukan hanya lewat aplikasi saja, melainkan bisa melalui segala macam media sosial. Waspadalah dengan saluran pribadi seperti WA dan FB Messenger.

2. Menjapri dadakan orang yang kita kurang/belum kenal lalu langsung meminta-minta (entah via media sosial chat WA, FB atau telepon) adalah tindakan yang kurang terpuji. Jika kita mengalami, jangan langsung mau menanggapi atau memberi apapun via nomor rekening bank kita begitu saja, sekalipun kita bermurah hati atau tersentuh ingin membantu.

3. Jika memang ingin menyebarluaskan rekening donasi atau mencari sumbangan, akan jauh lebih elok dan kelihatan berniat baik jika dilakukan dengan memasang poster atau postingan di media sosial yang terbuka/umum saja.

4. Hati-hatilah dengan tindakan penipuan, permintaan sumbangan juga belum tentu dapat dipertanggungjawabkan apakah akan masuk ke lembaga/yayasan yang dimaksud atau malah ke rekening pribadi si penjapri.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun