Event menulis literatur apa saja (fiksi, non fiksi) baik online maupun offline (tayang dunia maya maupun cetak) sangat beragam. Siapapun yang berminat dan berbakat dalam bidang literasi kepenulisan sebenarnya punya peluang dan kesempatan yang sama mengikutinya.
Sayangnya, banyak penulis baik pemula maupun senior (amatiran atau femes) seringkali kurang memahami atau salah kaprah mengartikan sebuah event penulisan. Apa saja 'sih contoh salah kaprah itu?
1. Event hanya dianggap sebagai sebuah kompetisi atau lomba demi mendapatkan gelar juara.
Sesungguhnya bukan masalah juaranya, melainkan apa yang kita bisa lakukan dan sudah lakukan. Apakah akan menang atau tidak, bukan masalah atau tujuan. Yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin.
Jauh lebih penting, pengalaman dan pengenalan yang bertambah pada dunia literasi.
2. Event hanya dianggap ajang mendapatkan piala dan sertifikat.
Penghargaan bisa dibeli secara pribadi dan bahkan dicetakkan dan diterbitkan siapa saja. Tinggal unduh blanko sertifikat dan tuliskan apa kita pemenang juara pertama lomba menulis sejagat raya. Template banyak tersedia, kok, silakan diketik sendiri dan dicap. Piala juga bisa dibeli dengan harga hanya sekitar puluhan ribu Rupiah saja untuk yang paling murah.
Bukan semua itu yang penting, melainkan bagaimana proses kita memperoleh hasil terbaik dan memaknai setiap usaha kita.
3. Event tidak dipandang sebagai media pembelajaran, melainkan ajang komersialisasi, siapa beruang akan bisa ikut banyak event dan menang lebih banyak piala (padahal sebenarnya semua itu sudah termasuk dalam sebuah paket pembelian karya tulis, jadi sebetulnya tidaklah gratis).
Daripada sibuk jadi pengumpul piala, sertifikat, dan lain-lain yang sebenarnya sudah termasuk dalam sebuah transaksi, akan jauh lebih bangga jika kita mendapatkan sesuatu dari hasil sukarela dan jerih payah sendiri.