Banyak sekali penulis sudah senang jika diberi acungan jempol, love, gift atau next. Padahal jika dipikirkan lagi, apakah para pembaca benar-benar sudah membaca keseluruhan kisah, atau hanya mencari bagian yang diinginkan saja?
Misalnya dalam sebuah fiksi, saat ada scene pernikahan, jujur saja, pasti pembaca akan buru-buru mau next alias 'mau ke adegan selanjutnya', iya 'kan?
Kadang malah kata next diartikan atau disalahkaprahkan sebagai 'lanjutkan!' alias disamakan begitu saja dengan continue, padahal bukan itu arti harfiahnya jika diterjemahkan, lho. Next sesungguhnya artinya adalah 'ada yang lain?' atau 'apa lagi selain ini?'. Coba lihat di sebuah audisi, jika kontestan tidak diterima, para penyeleksi atau juri akan berkata next!. Jadi menerima kata next, jangan lantas ke-ge-er-an dulu, ya.
1. Menulislah bukan dengan harapan utama demi dapat jumlah view langsung besar atau like dan gift banyak saja, melainkan agar kita bisa menyentuh hati banyak orang lewat apa yang kita tulis.
2. Menulislah bukan dengan keinginan mengejar pendapatan luar biasa saja, melainkan bagaimana bisa mendapatkan apresiasi yang membuat diri terharu dan bersukacita karena yang kita tuliskan bermanfaat, bisa menyentuh dan mengubah hidup orang lain.
3. Menulislah bukan demi diri kita dikenal atau terkenal, bukan untuk disanjung dan tersanjung, melainkan agar karya kita bisa jadi sebuah masterpiece, tetap abadi dan layak baca di masa depan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H