Banyak manusia merasa kurang bersyukur dan berkeluh kesah jika hanya dikaruniai Tuhan dengan satu atau dua buah talenta saja.
Si Anu serba bisa. Apa saja dagangannya, apa saja jualannya langsung jadi duit. Si Itu serba pandai. Bintang di sekolah, bintang di lapangan olahraga. Si Entu serba beruntung. Nulis apa saja laku dibaca.
"Sedangkan Akyuh harus merangkak sendiri, sering ditolak, dikatai, dirisak, dicuekin banyak orang."
Karena itulah si Akyuh, sama seperti si hamba 'kurang hoki' dan 'merasa diperlakukan tidak adil' yang hanya menerima satu talenta dari tuannya dalam perumpamaan dalam Kitab Suci Nasrani, mengubur talentanya ke dalam tanah hingga menimbulkan amarah tuannya, hingga Akyuh dihukum.
Padahal talenta sejatinya dititipkan Tuhan Yang Maha Kuasa bukan secara acak dan random. Ia tahu batas-batas kemampuan kita sebagai manusia. Ia begitu adil hingga kita tak sanggup mendebatnya dan berkomentar melawan-Nya.
Ia takkan mengaruniakan kita talenta atau bakat yang tak sanggup kita tanggung, karena Ia paling tahu batas-batas kemampuan setiap manusia.
Karena itu hendaknya kita mensyukuri talenta apapun dan seberapapun yang ada pada kita.
Mengapa kita belum apa-apa kerap mengeluh dan berkata jika talenta yang kita miliki tak menghasilkan, tak ada yang dapat kita lakukan karena talenta kita biasa-biasa dan umum-umum saja?
Kadang kita hanya perlu mengembangkan dan menunggu waktu yang tepat untuk menggunakan talenta kita.
Talenta kita, apapun bentuknya, unik dan berharga.