Zaman saya kecil dulu pada tahun 1990-an, mainan viral yang dibawa dan menjadi must have semua anak-anak dan siswa sekolah sudah ada. Generasi X, pasti kita kenal Tamagotchi.
Mainan hewan peliharaan virtual itu alih-alih hanya memiliki poin plus membuat anak sayang hewan dan mengetahui bagaimana cara merawat hewan, membuat semua orang tua repot. Kok bisa? Walau sisi positifnya mainan semacam ini tak seberapa rumit dibanding hewan peliharaan sebenarnya, tugas tambahan orangtua menjaga agar si hewan peliharaan virtual tidak 'mati'. Kok bisa? Terlambat atau lalai diurusi, hewan bisa mati. Akibatnya anak menangis jadi harus diulangi dari awal. Hingga kini mainan Tamagotchi baik asli maupun KW masih ada, walau tak sepopuler dulu. Kalah populer dengan permainan game di ponsel.
Fidget spinner atau mainan tangan putar yang kemarin sempat nge-tren juga ada sisi plus minusnya. Beberapa orang 'ahli' mengklaim jika mainan ini bisa membantu konsentrasi, meningkatkan daya perhatian anak agar lebih fokus dan sebagainya. Namun ada pula orang tua berpendapat sebaliknya, permainan putar-memutar ini malah seperti meningkatkan kecenderungan anak yang mengarah pada OCD (Obsessive Compulsive Disorder) atau bahkan autisme (karena membuat anak terlalu suka atau terlalu 'asyik' memutar barang-barang atau objek hingga tak menghiraukan kejadian sekitarnya). Selain itu, mainan ini terbuat dari bahan yang tak selalu murah dan cenderung berat, hingga perlu hati-hati dalam memainkannya. Jangan sampai terlempar atau dilemparkan.
Lato-lato, pada satu sisi adalah mainan yang sederhana namun sangat menarik. Walaupun sudah viral sejak November 2022, hingga kini masih saja dimainkan sepanjang hari oleh anak-anak tetangga kami.
Sebenarnya sah-sah saja mencoba permainan ini, akan tetapi patut menjadi perhatian kita.
1. Jangan biarkan anak bermain sendirian atau di luar pengawasan sebab bahan lato-lato yang keras bisa menyebabkan benjol dan mata bengkak apabila terlempar, terantuk kepala anak, membelit rambut dan sebagainya.
2 . Boleh bermain bebas tapi hendaknya tidak sepanjang hari, karena permainan ini memiliki bunyi/suara tek-tek yang cukup keras, konstan dan mengganggu.
3. Pihak sekolah hendaknya mempertimbangkan agar permainan ini tidak dibawa siswa ke sekolah agar tidak mengganggu proses belajar mengajar karena suara dan keasyikan siswa bermain.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H