Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 15: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

3 Januari 2023   08:54 Diperbarui: 3 Januari 2023   09:07 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan takut, Em. Aku ada di sini." Ocean memeluk gadis itu, mereka berdua terduduk di sofa dengan jantung berdebar-debar dan keringat menganak sungai. Emily yang sudah beberapa kali mengalami kejadian aneh, kali itu tak ingin lagi memendam semuanya sendirian.


"Ada sesuatu atau seseorang di sini. Aku takut!"


"Suara itu juga sudah sering kudengar, makanya aku tak seberapa takut lagi. Tapi malam ini memang lebih kencang dan keras dari biasanya, seolah-olah ia sangat dekat!" Ocean masih mendekap Emily dengan sabar, seolah-olah ia memang pacarnya sendiri.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apakah memang ada yang namanya werewolf atau hantu di puri tua seperti ini? Dan mungkinkah makhluk itu bersembunyi di lorong bawah tanah?"


"Besok akan kuadakan penyisiran!" Ocean bertekad akan menyelidiki semuanya.


"Terima kasih." Emily baru sadar kalau dua bukit dada kecil tapi padatnya masih menempel erat di dada Ocean yang lapang. Sedikit malu-malu ia menjauh, padahal aroma tubuh cowok itu sungguh enak seperti lautan.


"Sini, gak usah jauh-jauh! Nanti makhluk itu datang lagi dan mengoyak-ngoyakmu!" Ocean melingkarkan lengannya yang panjang dan kuat seakan membentengi Emily. Dan entah mengapa, gadis itu tak menolak.


"Emily, jujur saja, sejak kau ada di sini, sejak melihatmu, aku sudah menyukaimu." akhirnya pemuda tampan berambut panjang itu berhasil mengatakan perasaannya.

Ehhhh... Emily terpana. Ini mimpi atau sungguhan 'sih?

"Kau tak suka aku, tak apa-apa. Aku sadar, hanya bisa berada di pulau ini untuk seumur hidupku dan bukan orang yang bisa bebas bepergian kemana-mana, mungkin Emily bukan gadis yang akan mau dengan cowok yang terbelenggu selamanya di pulau terasing sepertiku."

"Eh, bukan begitu 'sih..." Emily menutup mulut Ocean dengan jari telunjuknya. "Hanya saja, aku yang merasa tak layak bahkan untuk berada di sini. Ini terlalu luar biasa untuk gadis biasa dan sederhana sepertiku. Dan kau terlalu baik dan juga terlalu tampan untukku. Ups." Emily tersadar kalau pujian yang baru ia lontarkan terdengar konyol dan gombal.

"Aku takkan memaksamu menerima perasaanku. Aku cinta padamu, Em. Mungkin Sky juga, aku tak tahu. Tapi dalam hal ini aku memberanikan diriku menyatakan duluan. Dan tidak, kau sama sekali bukan gadis biasa dan sederhana. Kau seperti malaikat yang jatuh dari langit atau dibawa penguasa lautan kemari untuk bertemu denganku!"

Malam itu mereka akhirnya jatuh tertidur berdua, walau belum terjadi apa-apa. Ocean hanya memeluk Emily seperti seorang kakak memeluk adik perempuannya. Ia bertekad takkan memaksa Emily untuk menerimanya, sudah cukup lega bisa bicara jujur saja gegara jeritan aneh yang menyatukan mereka!

Sementara itu, di suatu tempat...

(Point-of-view seseorang tak dikenal:)

AARRRGHHH!

Aku tak berhasil menyembunyikan darah dan luka-lukaku dari Si Tua itu. Sekarang ia sedang marah besar. Dan aku disiksanya dengan pecut kuda, tongkat berduri, balok keras atau apapun yang ia temukan di penjara bawah tanah yang hanya ada beberapa meter dari kandangku.

Yang bisa kulakukan hanya meraung, melolong, menjerit sekuatnya, mungkin terdengar di seluruh Pulau Vagano!

DASAR KAU MAKHLUK PALING BODOH! - Maki Si Tua dengan suara paling keras dan tajam melengking, menggema di seluruh ruangan bawah tanah.

"Berani-beraninya malam ini kau keluar! Kau sudah melanggar janji untuk tetap berada di sini hingga nanti tiba waktunya! Bila kau ketahuan, Ocean dan Sky akan membunuhmu!"

Si Tua membawakanku hadiah dua belenggu baru sebagai ganti belenggu berkarat yang sudah pernah kupatahkan. Kali ini ia memastikan agar aku tak bisa kemana-mana lagi, tetap akan berada di sini hingga tiba saatnya.

Sepeninggal Si Tua, aku lagi-lagi masih merasakan kesakitan yang amat sangat. Darahku sudah bercampur dengan semua kotoran, urin, dan semacam cairan putih kental yang kukeluarkan sejak tadi setiap saat aku mengingat Emily.

Ya, ia satu-satunya hiburanku saat ini. Membayangkannya mandi selalu membuatku tersenyum. Aku tak tahu apakah ini dosa atau tidak, yang jelas, bila imajinasi purba ini bisa menghiburku di sisa hidupku yang singkat ini, mengapa tidak?

Tubuhnya yang langsing putih, rambut pirang pendek, mata cokelat. Dengan dua benda bulat yang ujungnya juga berwarna sama dengan matanya. Lalu semakin ke bawah, pinggul ramping mulus dan sesuatu di antaranya, yang kurasa itulah pintu surga. Lalu sepasang sesuatu yang membulat lagi, diapit sepasang paha dan kaki mulus jenjang.

Aku sadar sekarang, aku laki-laki. Dan aku memerlukan perempuan. Tidak Si Tua itu, aku perlu Emily.
Aku harus memilikinya!

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun