"Aku takkan memaksamu menerima perasaanku. Aku cinta padamu, Em. Mungkin Sky juga, aku tak tahu. Tapi dalam hal ini aku memberanikan diriku menyatakan duluan. Dan tidak, kau sama sekali bukan gadis biasa dan sederhana. Kau seperti malaikat yang jatuh dari langit atau dibawa penguasa lautan kemari untuk bertemu denganku!"
Malam itu mereka akhirnya jatuh tertidur berdua, walau belum terjadi apa-apa. Ocean hanya memeluk Emily seperti seorang kakak memeluk adik perempuannya. Ia bertekad takkan memaksa Emily untuk menerimanya, sudah cukup lega bisa bicara jujur saja gegara jeritan aneh yang menyatukan mereka!
Sementara itu, di suatu tempat...
(Point-of-view seseorang tak dikenal:)
AARRRGHHH!
Aku tak berhasil menyembunyikan darah dan luka-lukaku dari Si Tua itu. Sekarang ia sedang marah besar. Dan aku disiksanya dengan pecut kuda, tongkat berduri, balok keras atau apapun yang ia temukan di penjara bawah tanah yang hanya ada beberapa meter dari kandangku.
Yang bisa kulakukan hanya meraung, melolong, menjerit sekuatnya, mungkin terdengar di seluruh Pulau Vagano!
DASAR KAU MAKHLUK PALING BODOH! - Maki Si Tua dengan suara paling keras dan tajam melengking, menggema di seluruh ruangan bawah tanah.
"Berani-beraninya malam ini kau keluar! Kau sudah melanggar janji untuk tetap berada di sini hingga nanti tiba waktunya! Bila kau ketahuan, Ocean dan Sky akan membunuhmu!"
Si Tua membawakanku hadiah dua belenggu baru sebagai ganti belenggu berkarat yang sudah pernah kupatahkan. Kali ini ia memastikan agar aku tak bisa kemana-mana lagi, tetap akan berada di sini hingga tiba saatnya.
Sepeninggal Si Tua, aku lagi-lagi masih merasakan kesakitan yang amat sangat. Darahku sudah bercampur dengan semua kotoran, urin, dan semacam cairan putih kental yang kukeluarkan sejak tadi setiap saat aku mengingat Emily.