Tubuhku nyaris tak pernah terkena air. Hanya sesekali Si Tua mengguyurku asal saja, dan itu pun tanpa sesuatu yang putih itu. Tampaknya bisa membersihkan. Betapa ingin aku ikut menceburkan diri ke dalamnya, dan bersama-sama menikmati hangat tubuh dan memuaskan sensasi rasa aneh yang baru pertama kali kualami ini.
Tapi tidak. Aku sadar aku sama sekali tak layak untuk berbuat ini.
Hanya saja aku terlalu ceroboh hingga aku terjatuh. Tapi ini tak membuatku patah tulang, walau tubuhku tergores dan berdarah.
Kurasa aku manusia juga, karena aku bisa berdarah!
Emily keluar dan berusaha menemukanku. Tapi aku takkan berani muncul. Bisa-bisa ia akan takut padaku, karena telah mengintipnya. Dan seisi penghuni puri bisa terjaga dan aku bisa habis-habisan disiksa dan digebuki, berakhir tragis di sini malam ini.
Tidak, aku masih harus hidup, walau untuk beberapa minggu lagi.
Waktunya akan segera tiba bagiku untuk melihat matahari pertama sekaligus terakhirku. Untuk melakukan misi muliaku. Mengakhiri hidup Ocean dan Sky Vagano.
 Emily masih deg-degan, belum terburu-buru berpakaian lengkap kembali. Ia belum yakin apa yang terjadi, tapi ia tahu ada seseorang atau sesuatu yang tadi berada di sana.
Puri ini memang sunyi dan nyaman, tapi jelas sudah tak lagi aman.
Haruskah aku mengadukan kejadian malam ini kepada Ocean dan Sky? Akankan mereka segera bertindak?
Tapi di sisi lain, Emily tak ingin kedua pemuda yang tampan dan baik hati itu ikut cemas.