Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Simak, Inilah Godaan dan Cobaan Terbesar Bagi Penulis 'Femes' Platform dan Aplikasi!

22 Desember 2022   15:59 Diperbarui: 22 Desember 2022   16:49 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis femes adalah julukan bagi penulis yang baru saja naik daun, entah diangkat aplikasi baca/platform, karyanya ada di beranda, sudah dibaca jutaan kali, pendapatannya (diakui) sudah puluhan juta Rupiah atau Dolar. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah Author plus predikat Platinum, Gold atau Silver.

Walau sudah dianggap terkenal alias mastah, penulis femes juga kerap disanjung dan dianggap sebagai standar atau patokan alias 'panutan/teladan' bagi para pembaca atau fans setianya. Meskipun demikian, penulis femes sebenarnya belum tentu bisa dianggap sebagai penulis sukses atau teladan dalam lingkup yang lebih luas.

Berikut godaan dan cobaan terbesar bagi seorang penulis femes:

1. Melakukan humble bragging. Artinya merendah dulu lalu meninggikan diri di media sosial. Misalnya 'ini biasa saja, kecil saja, belum apa-apa bagi saya, Anda juga pasti bisa!' lalu baru mulai meninggi, 'saya berjuang hingga bisa mencapai segini, segitu, saya kagum pada diri sendiri ternyata bisa mencapai semua ini, bla-bla-bla...'

Humble bragging tidak masalah, asal jangan keterusan atau malah jadi pemotivasi yang membuat pengagum terobsesi. 'Dia aja bisa, saya harus bisa seperti dia!' Tidak semua orang apalagi pemula bisa menjalani jejak seorang penulis femes. Cara dan pola pikir penulisan tak bisa ditiru dan diimitasi. Boleh terinspirasi, namun jangan latah mengambil mentah-mentah. Jika nasib atau takdir ternyata berbeda, kita akan kecewa.

2. Melakukan pamer angka pendapatan. Tak apa jika ingin memberi posting-an dapat sekian sebagai bukti dan pemotivasi, namun nominal tak perlu disebutkan atau dipamerkan. Selain kurang etis, juga terkesan membanding-bandingkan. Akibatnya, sesama rekan akan merasa rendah diri bila mendapatkan hasil kecil atau belum berhasil memperoleh sebesar rekannya yang femes itu.

3. Mengajak atau merekomendasikan platform secara berlebihan dengan ajakan gencar dan harapan-harapan luar biasa. Seperti prospek ala multi level marketing yang dulu pernah tren, ada kalanya penulis femes berusaha membujuk pembaca atau pengikut agar tak ragu mengikuti jejaknya. Banyak penulis pemula berasal dari pembaca. Namun patut diingat, apa yang dicapai seseorang dan bagaimana mereka mencapainya belum tentu bisa dan cocok serta mudah digapai orang lain. Banyak pola dan sangat panjang berliku, jalan yang 'benar' menuju kesuksesan sejati.

Cara dan gaya seorang penulis menjadi baik bukan karena ikut kelas nulis, baca/koleksi materi dan belajar berbayar saja, melainkan apa yang dibaca, bagaimana ia berkembang dengan menulis mandiri, mencari info serta memperkaya diksi setiap hari.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun