Malam itu Emily sungguh tak dapat tidur, sepertinya ia mengalami insomnia. Tetapi saat ia berusaha memejamkan mata, terdengar sayup-sayup suara merdu alunan alat musik klasik yang familiar. Piano.
Lagu instrumental tunggal klasik terkenal yang Emily lupa apa judulnya.
Terdengar tak seberapa jauh.
Emily yang sudah bergaun tidur ala jaman dahulu, milik almarhumah ibunda Ocean dan Sky, memutuskan untuk turun dari ranjang, mengambil sandal kamar dan pergi keluar kamar menyusuri lorong-lorong menuju sumber suara piano.
Ternyata dugaannya benar.
Di aula puri keluarga Vagano di lantai dasar, seseorang di balik piano besar berwarna putih tampak khidmat memainkan instrumen itu.
Pemuda tampan berambut cokelat panjang di bawah siraman terang cahaya bulan purnama dari jendela besar yang tirainya dibiarkan terbuka. Matanya terpejam dan ia memainkan lagu tanpa melihat buku musik. Sudah sangat hafal, tanpa sedikitpun kesalahan, sangat lancar dan menyentuh penuh ekspresi.
Emily bertepuk tangan kagum.
Ocean mengakhiri lagunya dan berbalik. Ia tersenyum. "Moonlight Sonata dari Beethoven. Lagu yang sedikit menyedihkan namun cocok sekali dimainkan pada malam bulan purnama ini."
Ia berdiri menyambut. "Kau belum tidur? Ini sudah hampir tengah malam, lho."