Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 1: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

20 Desember 2022   13:41 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:46 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

"Aduh, orang tuaku pasti akan sangat cemas! Bolehkah aku meminjam telepon?" Emily berusaha untuk duduk dan bangkit dari ranjang, tapi sungguh masih terasa amat sukar baginya. Tubuhnya kaku dan masih begitu sakit, lelah tak bertenaga.

"Anda mengalami banyak luka, baru saja dokter pribadi keluarga Vagano mengobati Anda. Jadi sebaiknya tetap di sini dulu untuk sementara waktu hingga Nona pulih kembali. Tuan Muda Ocean sudah memastikan kebutuhan Anda terjamin selama berada di sini. Dan maaf, tidak ada telepon. Hanya beberapa bulan sekali kami berkomunikasi dengan dunia luar." Hannah sekali lagi tersenyum dingin. "Kami hanya mengisi suplai logistik dan melakukan perdagangan hasil kebun apel dan anggur Vagano ke dunia luar."

"Uh, jadi bagaimana caranya aku bisa memberitahukan kepada orangtuaku kalau aku selamat dan baik-baik saja?"

"Tanyakan saja nanti kepada Tuan Muda Ocean Vagano yang akan datang sebentar lagi untuk melihat keadaan Nona."

"Mestikah aku meminta telepon kepadanya?"

"Di sini tidak ada telepon, kau pikir kita ada di pusat dunia Ever? Kita ada di tengah lautan Evertika." Hannah berdiri.

"Well, aku harus pergi. Sebagai kepala pelayan di sini, aku sibuk sekali dan masih banyak hal lain."

"Uhh.." sepeninggal Hannah, Emily memegang kepalanya yang masih terasa pening. "Begitu beruntungnya sekaligus malangnya aku." ia mulai tersedu-sedu, menangisi nasibnya serta teman-temannya yang hilang.

"Kau tak perlu menangis lagi, Nona. Kau sudah selamat sekarang." suara seorang pria muda yang rendah dan ramah.

Emily menengadah.

"Ah, aku..." ia ingin menggosok-gosok matanya sendiri. 'Siapakah dia? Seperti seseorang dalam mimpi.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun