"Aduh, orang tuaku pasti akan sangat cemas! Bolehkah aku meminjam telepon?" Emily berusaha untuk duduk dan bangkit dari ranjang, tapi sungguh masih terasa amat sukar baginya. Tubuhnya kaku dan masih begitu sakit, lelah tak bertenaga.
"Anda mengalami banyak luka, baru saja dokter pribadi keluarga Vagano mengobati Anda. Jadi sebaiknya tetap di sini dulu untuk sementara waktu hingga Nona pulih kembali. Tuan Muda Ocean sudah memastikan kebutuhan Anda terjamin selama berada di sini. Dan maaf, tidak ada telepon. Hanya beberapa bulan sekali kami berkomunikasi dengan dunia luar." Hannah sekali lagi tersenyum dingin. "Kami hanya mengisi suplai logistik dan melakukan perdagangan hasil kebun apel dan anggur Vagano ke dunia luar."
"Uh, jadi bagaimana caranya aku bisa memberitahukan kepada orangtuaku kalau aku selamat dan baik-baik saja?"
"Tanyakan saja nanti kepada Tuan Muda Ocean Vagano yang akan datang sebentar lagi untuk melihat keadaan Nona."
"Mestikah aku meminta telepon kepadanya?"
"Di sini tidak ada telepon, kau pikir kita ada di pusat dunia Ever? Kita ada di tengah lautan Evertika." Hannah berdiri.
"Well, aku harus pergi. Sebagai kepala pelayan di sini, aku sibuk sekali dan masih banyak hal lain."
"Uhh.." sepeninggal Hannah, Emily memegang kepalanya yang masih terasa pening. "Begitu beruntungnya sekaligus malangnya aku." ia mulai tersedu-sedu, menangisi nasibnya serta teman-temannya yang hilang.
"Kau tak perlu menangis lagi, Nona. Kau sudah selamat sekarang." suara seorang pria muda yang rendah dan ramah.
Emily menengadah.
"Ah, aku..." ia ingin menggosok-gosok matanya sendiri. 'Siapakah dia? Seperti seseorang dalam mimpi.'