Natal tahun 2019 hingga 2021 berlalu tanpa kesan. Indonesia masih dilanda Pandemi Covid-19, puncaknya tahun 2021 dengan aneka pembatasan dan jaga jarak.
Tak sekalipun kami sekeluarga bertemu sahabat dunia nyata dan keluarga besar, mengingat pandemi penyakit mematikan yang kali ini melanda (dan saat itu belum ada vaksinnya) membuat hidup terasa begitu sulit.
Demi menjaga kesehatan, semua dilakukan secara online termasuk sekolah, beberapa macam pekerjaan bagi yang bekerja, dan ibadat. Namun terus terang, opini saya, ibadat, pertemuan, pesta, apalagi hanya bersenang-senang belaka apapun itu kurang terasa sreg apabila diadakan atau diikuti secara online.
Pendapat berikut ini sangat subjektif, jadi saya harap bisa direnungkan dalam-dalam dan mohon tidak diperdebatkan.
"Tuhan YME sejatinya ada di mana-mana, di surga dan juga di hati kita, jadi mengapa harus dicari manusia masa kini via internet dan gawai? Berdoa dan berhubungan dengan Tuhan adalah persoalan pribadi dengan-Nya. Jika hanya kumpul-kumpul, menyanyi, bicara dengan manusia, lalu haruskah diperlihatkan/di-show off kepada sesama 'secara online'?"
Mungkin opini di atas tak semua semua orang akan setuju, banyak yang oke-oke saja melakukan dan sudah sering menjalankan serta mendapatkan manfaat darinya. Ya, semua berpulang pada keputusan dan pengalaman pribadi kita masing-masing.
Yang jelas, melakukan kegiatan apapun bagi kami pribadi, offline lebih sreg. Seperti juga halnya Natal bersama keluarga.
Jika jauh, bolehlah saling sapa lewat video call. Akan tetapi jika bisa, sebisa mungkin, jagalah silaturahmi dan hubungan antara keluarga dan diri secara offline.
Natal 2022 ini penulis ingin semalam saja tinggal seatap bersama ibu yang sudah beberapa tahun tak terlaksana. Semoga bisa. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H