peliharaan dan tak ingin/berminat hingga kapanpun karena berbagai alasan. Mungkin karena tak terbiasa, tak dapat merawat karena kesibukan, karena alergi terhadap bulu hewan, tak ada tempat yang layak dan lain-lain.
Sebagian orang tentu belum pernah memiliki hewanSebelum aku berkeluarga, aku memiliki hampir semua hewan peliharaan, kecuali reptil ular dan iguana.
Namun yang paling kuingat dan kusayangi hingga kini adalah Mumu. Hanya seekor anjing kecil ras campuran yang kudapat dari pemiliknya di Bogor, Mumu lebih dari sekadar teman. Rasa empatinya luar biasa. Ia lucu, ramah, jinak. Semua orang menyukainya. Matanya besar, senyumnya ramah, tubuhnya kecil panjang dengan kaki pendek-pendek. Bulunya cokelat keemasan, sedikit kasar namun enak dibelai. Ia periang dan sangat lincah, suka diajak jalan-jalan. Setiap pagi selalu setia membangunkan. Apapun yang kulakukan, Mumu selalu ada di sisi.
Saat papi baru saja meninggal dunia, yang menemaniku hanya Mumu. Ia diam duduk di bawah kakiku sementara aku menangis. Ia tidak pergi, tak beranjak selama berjam-jam lamanya. Ia tahu aku berduka, ia tak meninggalkanku sedetikpun hingga aku selesai meneteskan air mata.
Mumu memberiku kekuatan hidup begitu besar. Selain yang tercinta dan tersayang keluarga dan kekasih, yang hingga kini masih setia di sisi, Mumu selalu terbayang dalam benakku. Ia lebih dari peliharaan saja. Ia sahabat terbaik manusia, my pet best friend.
Mumu menemaniku hanya selama 4 tahunan, 1998-2002 saja. Tepat hari ini, nanti pukul 6 sore, kami telah berpisah selama 20 tahun.
Bagaimana aku bisa lupa pada salah satu hari paling gelap dan menyedihkan dalam hidupku?
Barangkali bagi orang lain, apalah arti seekor hewan peliharaan. Mati, bisa beli lagi. Namun sungguh berbeda rasa jika sudah mengalami seperti yang kualami. Kepergian Mumu sedemikian menyedihkan hingga aku tak bisa melupakannya.
Sakitnya tak bisa disembuhkan dan waktu itu aku belum bekerja. Bahkan jika bisa membayar dokter hewan, tak ada lagi yang bisa dilakukan.
Dalam penderitaan dan rasa sakitnya yang tak bisa diobati itu, Mumu menungguku pulang ke rumah dulu sebelum akhirnya pergi dariku karena distemper. Ia tak ingin pergi jika aku tak menemani, seakan ingin pamit. Saat ia akhirnya pergi, kuharap ia tak kesakitan, melainkan lega dalam damai dan gembira karena kuantarkan ia kembali kepada Sang Maha Kasih.
Walau sedih, sungguh aku ikhlas. Tidurlah dalam damai dan cinta. Sampai kita bertemu lagi. Berlari-larilah dengan bebas di Alam Baka tanpa rasa sakitmu lagi.