Sering kita baca atau tonton berita selebriti atau orang-orang terkenal dan beruang di negeri ini nikah, atau cerai, atau nikah lagi, atau cerai lagi. Semuanya seolah menjadi hal yang biasa-biasa saja, seakan tak lagi istimewa. Bahkan ada satu-dua yang saking seringnya nikah atau cerai, semua netizen menjadikannya bahan taruhan 'berapa bulan, ya?' entah awetnya, entah tahan sendiriannya, entah akan punya anaknya (karena nikah akibat kecelakaan).
Nikah seharusnya jadi hal yang sakral, ibadah yang indah dan terlama dalam hidup dua anak manusia.
Banyak yang ingin nikah padahal belum punya pasangan. Banyak yang cita-citanya mau jadi pengantin. Halangannya beragam, mulai dari belum punya biaya hingga belum siap lahir batin.
Akan tetapi, apa betul nikah masih jadi hal terpenting bagi mereka yang 'menggampangkan' nikah itu?
Berikut beberapa 'bukan' yang sering kita lupakan mengenai pernikahan:
1. Nikah seyogyanya 'bukan' hanya peresmian hubungan, apalagi hanya untuk legalitas hubungan fisik antara laki-laki dan perempuan.
2. Nikah hendaknya 'bukan' karena diuber tenggat usia, desakan ekonomi dan keluarga, menyatukan bisnis keluarga dan sebagainya.
3. Nikah hendaknya 'bukan' karena ingin keturunan saja, lalu begitu susah/kebetulan tak juga dikaruniai, buru-buru berpisah atau cari tambahan pasangan! (seperti di drama televisi dan novel-novel).
Nikah adalah perjanjian terindah antara dua anak manusia di hadapan Tuhan, jadi sebaiknya berusahalah agar pernikahan terjadi sekali saja untuk selamanya. Kecuali jika ada masalah/takdir yang tak dapat dihindari, tentu saja. Jangan karena begitu ada masalah lalu dengan mudah berpisah karena beranggapan 'toh mudah saja bagiku nikah (lagi...)' dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H