Gara-gara konon menulis online (novel, dan lain-lain) bisa mendatangkan banyak cuan, lahirlah banyak penulis dadakan.
Banyak yang memang menulis langsung laku, ada juga yang kurang beruntung (seperti saya, merasa pembacaku yang hanya sekian ratus atau ribu masih kalah jauh dengan yang ratusan ribu atau jutaan).
Didorong oleh rasa ingin laris itulah muncul banyak yang tidak lagi menulis secara otodidak atau dari awal, malah mengandalkan teknik menulis ala ATM. ATM di sini bukan Anjungan Tunai Mandiri, melainkan Amati, Tiru, Modifikasi.
Ada yang berpendapat jika ngateem itu sah-sah saja dan 'toh banyak dilakukan. Mungkin untuk banyak bidang tertentu 'sih menurut opini saya, oke-oke saja. Misalnya ngiklan, buat produk.Â
Banyak produsen yang mengamati apa yang laku di pasaran, lalu meniru dan modifikasi. Misalnya Susu Cap Beruang. Muncul dua tiga yang mirip dengan Susu Cap Beruang. Entah logonya atau namanya. Selama tidak plek ketiplek saya rasa masih okelah, selama tidak dijadikan isu oleh yang pertamanya.
Bagaimana dengan tulisan?
Memang tidak ada yang benar-benar asli di dunia ini. Bahkan Mickey Mouse ciptaan Walt Disney aslinya 'hanya' seekor hewan tikus, bukan? Di tangan dingin Disney, yang tadinya bernama awal Mortimer Mouse menjadi Miki Tikus yang kita kenal saat ini.
Kita tak perlu ATM ala produk-produk barang tersebut hanya demi kisah atau literatur online kita laku atau viral saja!
Sebisanya kita hindari peniruan dengan hanya ganti nama-nama tokoh, ubah nama lokasi, ubah setting, apalagi plagiasi alias jiplak tiru ala cetak puding. Modifikasi ala kendaraan bermotor juga patut dihindari. Hanya pretel onderdil lalu main tambal sulam saja.
Jelek-jelek, (banggalah dengan) karya sendiri. Merasa ingin laku lalu mempercantik dengan ngateem apalagi memplagiasi sama saja dengan menipu diri sendiri. Mungkin Anda puas, senang, dapat uang, dikenal.