Perempuan yang kurang bisa atau jarang berdandan akan dianggap tomboy atau 'kurang bisa tampil sebagai wanita'.
Sebenarnya semua stigma seperti tertulis di atas tidak perlu ada/berkembang lagi karena kita sudah berada pada zaman di mana perempuan diberi kebebasan menentukan bentuk tubuhnya, menerima apapun warna kulitnya, mensyukuri apapun kecantikan yang diterimanya.
Sayangnya, media sosial di mana orang-orang seharusnya malah bebas berekspresi menjadi diri sendiri kini malah menjadi momok yang menakutkan. Filter-filter dan aplikasi edit foto dan video yang tersedia menawarkan sejuta kepalsuan. Kosmetik dan make-up yang tren dan viral ramai dijual dan digunakan. Pelangsingan badan, pemutihan kulit tubuh, operasi plastik dan lain-lain ditawarkan secara masif sebagai solusi.
Kaum laki-laki yang 'terpengaruh' malah turut mendambakan perempuan yang dicirikan sempurna menurut media itu. Yang tidak mendapat, bisa-bisa kecewa. Perempuan yang di luar kategori, minder dan keluar arena.
Sungguh dahsyat akibat stigma. Siapa bisa menghindar darinya?
Namun kita selalu bisa mulai dari diri sendiri. Apa yang dapat kita perbuat untuk mencoba mengubahnya?
1. Tidak serta merta menyetujui pendapat umum dan kolektif bentukan media sosial. Memang sulit berkata 'tidak' di antara ribuan dan jutaan 'ya' namun sebagai perempuan, kita harus coba untuk menjadi individu yang memiliki pendirian sendiri.
2. Mencoba mengambil apa yang positif dan mengabaikan yang negatif.
3. Mengelilingi diri dengan yang sehati dan sefrekuensi.
4. Percaya bahwa anak-anak laki-laki maupun perempuan adalah titipan Tuhan, berkat terindah bagi keluarga.
5. Lakukan apa yang membuat diri kita nyaman. Buktikan bahwa dugaan atau pendapat mengenai perempuan ideal itu belum tentu akan membuat semua perempuan berbahagia.