Baca tulis adalah sebuah skill, juga sebuah seni. Sesuatu yang ada unsur menarik dan unik, bukan hanya aktivitas kerja atau hiburan pengisi luang. Banyak yang mau membaca tapi enggan menulis. Banyak juga yang mau menulis tapi enggan membaca. Nyeni banget, 'kan?
Mengapa tulisan ini penulis beri judul Sebuah Seni untuk Bersikap Lebih Peduli?
Kepedulian yang harus dimiliki seorang penulis:
1. Kita menulis untuk berkomunikasi, berdialog membagikan isi hati, imajinasi, pendapat, pengalaman, peduli pada apa yang terbersit dari hati masing-masing. Tidak menahan-nahan untuk diri sendiri. Misalnya kita peduli suatu masalah, isu, ketidaktahuan/kekeliruan, lalu dengan santun berusaha memberitahukan, meluruskan, syukur-syukur bisa membuat perubahan kecil bagi pembaca. Mungkin ada yang akan suka, ada yang tidak, ada yang setuju, ada yang kurang. Semua terserah pembaca, yang penting kita telah menulis dengan rasa peduli yang besar.
2. Kita menulis untuk bermonolog dengan diri sendiri, peduli pada pentingnya mendokumentasikan pengalaman dan kenangan. Sejak zaman dahulu kala (awal sejarah) manusia purba saja sudah senang menulis di dinding gua, prasasti, kulit kayu, perkamen, bahkan di tempat-tempat tak terduga seperti bukit batu. Masa' kita kalah? Sejarah hidup kita mungkin biasa-biasa saja, namun kita ingin berbagi agar kelak jadi peringatan atau kenangan setidaknya bagi keluarga. Meski ada juga batasan. Tentu saja tetap ada yang namanya area pribadi, tak semua harus diketahui semua orang, bukan?
"Menulislah karena peduli pada literasi. Dunia perlu lebih banyak literatur yang bersih, asli, berkualitas."
Kepedulian yang harus dimiliki seorang pembaca:
1. Kita membaca karena peduli pada perkembangan dunia. Kita tak ingin pengetahuan hanya sebatas pendidikan/pengetahuan dasar atau apa yang telah ada dalam otak dan pikiran selama ini, bukan? Kita bisa tingkatkan mutu dan ilmu sambil belajar, 'oh, begitu.'
2. Kita membaca karena peduli dan buka hati (open up) pada opini si penulis. Meskipun kita kurang menyetujui, alangkah baik jika bisa mengetahui bagaimana rasanya jika memandang suatu dari sudut yang berbeda. Meski tak usah selalu mendukung/support 100 persen, paling tidak kita belajar bahwa ada berbagai point-of-view dalam mengolah sesuatu jadi tulisan, tak hanya dari depan, melainkan bisa dari belakang, samping, bahkan atas-bawah!
3. Kita membaca karena peduli pada literasi. Dengan membaca literatur yang baik, bersih, orisinal, kita ikut mencerdaskan diri sendiri sekaligus bisa terinspirasi/terundang untuk ikut berkarya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!